ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL
A.
Latar
Belakang Timbulnya Pergerakan Nasional
Sejak menginjakkan kakinya di
bumi Indonesia pada tahun 1956, penjajah Belanda kurang memperhatikan kesejahteraan
golongan pribumi (orang-orang Indonesia). Mereka terus mengeruk kekayaan alam
dan menindas rakyat Indonesia, tanpa mau memperhatikan nasib rakyat itu sendiri.
Pada akhir abad ke-19, C.Th van Deventer mengkritik keadaan itu melalui salah
satu karangannya yang berjudul Utang Budi. C.Th van Deventer antara lain menyatakan
bahwa kemakmuran Belanda diperoleh berkat kerja dan jasa orang Indonesia.
Gambar 1.1 C.Th van
Deventer, tokoh penggagas Politik Etis.
Oleh sebab itu, bangsa Belanda
sebagai bangsa yang maju dan bermoral harus membayar utang budi kepada bangsa
Indonesia. Caranya adalah dengan menjalankan Politik Balas Budi atau dikenal
dengan sebutan Politik Etis. Politik Etis yang diusulkan oleh C.Th van Deventer
berisi tentang perbaikanperbaikan dalam bidang irigasi (pengairan),
transmigrasi (perpindahan), dan edukasi (pendidikan). Akan tetapi
pelaksanaannya tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Hindia Belanda.
Politik Etis sebenarnya merupakan bentuk penjajahan kebudayaan yang halus
sekali. Program edukasi itu sendiri sebenarnya merupakan pelaksanaan dari
Politik Asosiasi yang berarti penggantian kebudayaan asli tanah jajahan dengan
kebudayaan penjajah.
Walaupun menyimpang dari tujuan
semula, beberapa pelaksanaan dari Politik Etis telah membawa pengaruh yang
baik. Misalnya, dengan didirikannya sekolah-sekolah untuk golongan pribumi.
Tujuannya adalah untuk memperoleh tenaga baru pegawai rendah yang bersedia
digaji lebih murah dari pada tenaga bangsa-bangsa Belanda. Banyaknya penduduk
pribumi yang bersekolah telah menghasilkan kaum cerdik pandai dikalangan
penduduk pribumi. Kaum cerdik pandai inilah yang mempelopori kesadaran
kebangsaan, yaitu suatu kesadaran tentang perlunya persatuan dan kesatuan
bangsa. Peristiwa timbulnya kesadaran berbangsa disebut Kebangkitan Nasional
Indonesia. Kaum cerdik pandai ini pula yang mempelopori dan memimpin pergerakan
nasional pada awal abad ke-20.
B.
Organisasi
Pergerakan Nasional di Indonesia
1.
Budi Utomo
Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei
1908 oleh para mahasiswa STOVIA di Batavia dengan Sutomo sebagai ketuanya.
Terbentuknya organisasi tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo yang
sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk menawarkan idenya membentuk
Studiefounds.
Gambar 1.2
Dr. Sutomo
Gambar 1.3
Dr. Wahidin Sudirohusodo
Gagasan Studiesfounds
bertujuan untuk menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi pelajar yang
berprestasi, namun tidak mampu melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak
terwujud, tetapi gagasan itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi Utomo adalah
memajukan pengajaran dan kebudayaan.
Tujuan tersebut ingin dicapai dengan
usaha-usaha sebagai berikut:
1) memajukan pengajaran;
2) memajukan pertanian, peternakan dan
perdagangan;
3) memajukan teknik dan industri
4) menghidupkan kembali kebudayaan.
Dilihat dari tujuannya,
Budi Utomo bukan merupakan organisasi politik melainkan merupakan organisasi
pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai intinya. Sampai menjelang kongresnya yang
pertama di Yogyakarta telah berdiri tujuh cabang Budi Utomo, yakni di Batavia,
Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Untuk
mengonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya), Budi Utomo mengadakan
kongres yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Kongres
memutuskan hal-hal sebagai berikut.
1) Budi Utomo tidak ikut dalam mengadakan
kegiatan politik.
2) Kegiatan
Budi Utomo terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.
3) Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada
daerah Jawa dan Madura.
4) Memilih R.T. Tirtokusumo, Bupati
Karanganyar sebagai ketua.
5) Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat
organisasi.
Sampai dengan akhir
tahun 1909, telah berdiri 40 cabang Budi Utomo dengan jumlah anggota mencapai
10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres tersebut tampaknya terjadi
pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Banyak anggota muda
yang menyingkir dari barisan depan, dan anggota Budi Utomo kebanyakan dari
golongan priayi dan pegawai negeri. Dengan demikian, sifat protonasionalisme
dari para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya Budi Utomo terdesak ke
belakang.
Strategi perjuangan BU pada dasarnya bersifat kooperatif. Mulai tahun 1912 dengan tampilnya Notodirjo sebagai ketua menggantikan R.T. Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu besar karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij (IP).
Strategi perjuangan BU pada dasarnya bersifat kooperatif. Mulai tahun 1912 dengan tampilnya Notodirjo sebagai ketua menggantikan R.T. Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu besar karena pada saat itu telah muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij (IP).
Namun demikian, Budi
Utomo tetap mempunyai andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan
nasional, yakni telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan
Indonesia. Itulah sebabnya tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai hari Kebangkitan
Nasional yang kita peringati setiap tahun hingga sekarang.
2. Sarekat Islam (SI)
Tiga tahun setelah berdirinya Budi Utomo, yakni tahun 1911
berdirilah Sarekat Dagang Islam (SDI) di Solo oleh H. Samanhudi, seorang
pedagang batik dari Laweyan Solo. Organisasi Sarekat Dagang Islam berdasar pada
dua hal berikut ini:
a. Agama Islam.
b. Ekonomi, yakni untuk memperkuat diri dari pedagang
Cina yang berperan sebagai
leveransir (seperti kain putih,
malam, dan sebagainya).
Gambar 1.4
H.O.S. Cokroaminoto
Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama Sarekat Dagang Islam
kemudian diubah menjadi Sarekat Islam (SI), dengan tujuan untuk memperluas
anggota sehingga tidak hanya terbatas pada pedagang saja. Berdasarkan Akte
Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan Sarekat Islam sebagai
berikut:
1) memajukan perdagangan;
2)
membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha
(permodalan);
3) memajukan kepentingan rohani
dan jasmani penduduk asli;
4) memajukan kehidupan agama
Islam.
Melihat tujuannya tidak tampak adanya kegiatan politik. Akan
tetapi, Sarekat Islam dengan gigih selalu memperjuangkan keadilan dan kebenaran
terhadap penindasan dan pemerasan oleh pemerintah kolonial. Dengan demikian, di
samping tujuan ekonomi juga ditekankan adanya saling membantu di antara
anggota. Itulah sebabnya dalam waktu singkat, Sarekat Islam berkembang menjadi
anggota massa yang pertama di Indonesia. Sarekat Islam merupakan gerakan
nasionalis, demokratis dan ekonomis, serta berasaskan Islam dengan haluan
kooperatif.
Mengingat perkembangan Sarekat Islam yang begitu pesat maka
timbullah kekhawatiran dari pihak Gubernur Jenderal Indenberg sehingga
permohonan Sarekat Islam sebagai organisasi nasional yang berbadan hukum
ditolak dan hanya diperbolehkan berdiri secara lokal. Pada tahun 1914 telah
berdiri 56 Sarekat Islam lokal yang diakui sebagai badan hukum.
Pada tahun 1915 berdirilah Central Sarekat Islam (CSI) yang
berkedudukan di Surabaya. Tugasnya ialah membantu menuju kemajuan dan kerjasama
antar Sarekat Islam lokal. Pada tanggal 17–24 Juni 1916 diadakan Kongres SI
Nasional Pertama di Bandung yang dihadiri oleh 80 Sarekat Islam lokal dengan
anggota 360.000 orang anggota. Dalam kongres tersebut telah disepakati istilah
"nasional", dimaksudkan bahwa Sarekat Islam menghendaki persatuan
dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia menjadi satu bangsa.
Sifat Sarekat Islam yang demokratis dan berani serta
berjuang terhadap kapitalisme untuk kepentingan rakyat kecil sangat menarik
perhatian kaum sosialis kiri yang tergabung dalam Indische Social Democratische
Vereeniging (ISDV) pimpinan Sneevliet (Belanda), Semaun, Darsono, Tan Malaka,
dan Alimin (Indonesia).
Itulah sebabnya dalam perkembangannya Sarekat Islam pecah
menjadi dua kelompok berikut ini.
1) Kelompok nasionalis religius ( nasionalis keagamaan) yang
dikenal dengan Sarekat Islam Putih
dengan asas perjuangan Islam di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto.
2) Kelompok ekonomi dogmatis yang dikenal dengan
nama Sarekat Islam Merah dengan haluan sosialis kiri di bawah pimpinan Semaun
dan Darsono.3. Indische Partij (IP)
Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada tanggal 25
Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo),
dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Organisasi
ini mempunyai cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia,
baik golongan Indonesia asli maupun golongan Indo, Cina, Arab, dan sebagainya.
Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan membutuhkan semangat
nasionalisme Indonesia.
Gambar 1.5
Multatuli
Cita-cita Indische Partij banyak disebar-luaskan
melalui surat kabar De Expres. Di
samping itu juga disusun program kerja sebagai berikut:
1) meresapkan cita-cita
nasional Hindia (Indonesia).
2) memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di
bidang pemerintahan, maupun kemasyarakatan.
3) memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian
antara agama yang satu dengan yang lain.
4) memperbesar pengaruh
pro-Hindia di lapangan pemerintahan.
5) berusaha untuk mendapatkan
persamaan hak bagi semua orang Hindia.
6)
dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi
Hindia dan memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
Melihat tujuan dan cara-cara mencapai tujuan seperti
tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa Indische Partij berdiri di atas
nasionalisme yang luas menuju Indonesia merdeka. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa Indische Partij merupakan partai politik pertama di Indonesia
dengan haluan kooperasi. Dalam waktu yang singkat telah mempunyai 30 cabang
dengan anggota lebih kurang 7.000 orang yang kebanyakan orang Indo.
Oleh karena sifatnya yang progresif menyatakan diri sebagai
partai politik dengan tujuan yang tegas, yakni Indonesia merdeka sehingga
pemerintah menolak untuk memberikan badan hukum dengan alasan Indische Partij
bersifat politik dan hendak mengancam ketertiban umum. Walaupun demikian, para
pemimpin Indische Partij masih terus mengadakan propaganda untuk menyebarkan
gagasan-gagasannya.
Gambar 1.6
Cipto Mangunkusumo
Satu hal yang sangat menusuk perasaan pemerintah Hindia
Belanda adalah tulisan Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda) yang
isinya berupa sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Oleh karena
kegiatannya sangat mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913
ketiga pemimpin Indische Partij dijatuhi hukuman pengasingan dan mereka memilih
Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.
Dengan diasingkannya ketiga pemimpin Indische Partij maka
kegiatan Indische Partij makin menurun. Selanjutnya, Indische Partij berganti
nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National
Indische Partij (NIP). National Indische Partij tidak pernah mempunyai pengaruh
yang besar di kalangan rakyat dan akhirnya hanya merupakan perkumpulan
orang-orang terpelajar.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan
kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik. Muhammadiyah bergerak di bidang
keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada tercapainya kebahagiaan lahir
batin. Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut.
1) memajukan pendidikan dan
pengajaran berdasarkan agama Islam;
2) mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup
menurut agama Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh
Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1) mendirikan sekolah-sekolah
yang berdasarkan agama Islam (dari TK sampai
dengan perguruan tinggi);
2)
mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah yatim, dan masjid;
3)
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Gambar 1.7
K.H Ahmad Dahlan
Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam
sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya penyelenggaraan pendidikan
dan pengajaran agama Islam secara modern dan memperteguh keyakinan tentang
agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan
Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah,
sedangkan untuk kepanduan disebut Hizbut Wathon (HW).
Sejak berdiri di Yogyakarta (1912) Muhammadiyah terus
mengalami perkembangan yang pesat. Sampai tahun 1913, Muhammadiyah telah
memiliki 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1935, Muhammadiyah
sudah mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan
Sulawesi.
5. Gerakan Pemuda
Gerakan pemuda Indonesia, sebenarnya telah dimulai sejak
berdirinya Budi Utomo, namun sejak kongresnya yang pertama perannya telah
diambil oleh golongan tua (kaum priayi dan pegawai negeri) sehingga para pemuda
kecewa dan keluar dari organisasi tersebut. Baru beberapa tahun kemudian,
tepatnya pada tanggal 7 Maret 1915 di Batavia berdiri Trikoro Dharmo oleh R.
Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, dan Sunardi. Trikoro Dharmo yang diketui oleh
R. Satiman Wiryosanjoyo merupakan organisasi pemuda yang pertama yang
anggotanya terdiri atas para siswa sekolah menengah berasal dari Jawa dan
Madura. Trikoro Dharmo, artinya tiga tujuan mulia, yakni sakti, budi, dan
bakti. Tujuan perkumpulan ini adalah sebagai berikut:
1) mempererat tali persaudaraan antar siswa-siswi bumi putra
pada sekolah menengah dan perguruan kejuruan;
2) menambah pengetahuan umum
bagi para anggotanya;
3) membangkitkan dan
mempertajam peranan untuk segala bahasa dan budaya.
Tujuan tersebut sebenarnya baru merupakan tujuan perantara.
Adapun tujuan yang sebenarnya adalah seperti apa yang termuat dalam majalah
Trikoro Dharmo yakni mencapai Jawa raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan
antara pemuda-pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Oleh karena
sifatnya yang masih Jawa sentris maka para pemuda di luar Jawa (tidak berbudaya
Jawa) kurang senang.
Untuk menghindari perpecahan, pada kongresnya di Solo pada
tanggal 12 Juni 1918 namanya diubah menjadi Jong Java (Pemuda Jawa). Sesuai
dengan anggaran dasarnya, Jong Java ini bertujuan untuk mendidik para
anggotanya supaya kelak dapat menyumbangkan tenaganya untuk membangun Jawa raya
dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan, dan rasa cinta pada
budaya sendiri.
Sejalan dengan munculnya Jong Java, pemuda-pemuda di daerah
lain juga membentuk organisasi-organisasi, seperti Jong Sumatra Bond, Pasundan,
Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Selebes, Jong Batak, Pemuda Kaum Betawi, Sekar
Rukun, Timorees Verbond, dan lain-lain. Pada dasarnya semua organisasi itu
masih bersifat kedaerahan, tetapi semuanya mempunyai cita-cita ke arah kemajuan
Indonesia, khususnya memajukan budaya dan daerah masing-masing.
5. Taman Siswa
Sekembalinya dari tanah pengasingannya di Negeri Belanda
(1919), Suwardi Suryaningrat menfokuskan perjuangannya dalam bidang pendidikan.
Pada tanggal 3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki
Hajar Dewantara) berhasil mendirikan perguruan Taman Siswa di Yogyakarta.
Dengan berdirinya Taman Siswa, Suwardi Suryaningrat memulai gerakan baru bukan
lagi dalam bidang politik melainkan bidang pendidikan, yakni mendidik angkatan
muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia berdasarkan akar budaya bangsa.
Gambar 1.8
Ki Hajar Dewantara
Sekolah Taman Siswa dijadikan sarana untuk menyampaikan
ideologi nasionalisme kebudayaan, perkembangan politik, dan juga digunakan
untuk mendidik calon-calon pemimpin bangsa yang akan datang. Dalam hal ini,
sekolah merupakan wahana untuk meningkatkan derajat bangsa melalui pengajaran
itu sendiri. Selain pengajaran bahasa (baik bahasa asing maupun bahasa
Indonesia), pendidikan Taman Siswa juga memberikan pelajaran sejarah, seni,
sastra (terutama sastra Jawa dan wayang), agama, pendidikan jasmani, dan
keterampilan (pekerjaan tangan) merupakan kegiatan utama perguruan Taman Siswa.
Pendidikan Taman Siswa dilakukan dengan sistem
"among" dengan pola belajar "asah, asih dan asuh". Dalam
hal ini diwajibkan bagi para guru untuk bersikap dan berlaku "sebagai
pemimpin" yakni di depan memberi contoh, di tengah dapat memberikan
motivasi, dan di belakang dapat memberikan pengawasan yang berpengaruh. Prinsip
pengajaran inilah yang kemudian dikenal dengan pola kepemimpinan "Ing
ngarsa sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani ". Pola
kepemimpinan ini sampai sekarang masih menjadi ciri kepemimpinan nasional.
Berkat jasa dan perjuangannya yakni mencerdaskan kehidupan
menuju Indonesia merdeka maka tanggal 2 Mei (hari kelahiran Ki Hajar Dewantara)
ditetapkant sebagai hari Pendidikan Nasional. Di samping itu, "Tut Wuri
Handayani" sebagai semboyan terpatri dalam lambang Departemen Pendidikan Nasional.
7. Partai Komunis Indonesia
(PKI)
Benih-benih paham Marxis dibawa masuk ke Indonesia oleh
seorang Belanda yang bernama H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme inilah
kemudian pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan
J.A. Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil mendirikan Indische
Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Ternyata ISDV tidak dapat berkembang
sehingga Sneevliet melakukan infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam
tubuh SI dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai anggota SI, dan
sebaliknya anggota-anggota SI menjadi anggota ISDV.
Dengan cara itu Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai
pengaruh yang kuat di kalangan SI, lebih-lebih setelah berhasil mengambil alih
beberapa pemimpin SI, seperti Semaun dan Darsono. Mereka inilah yang dididik
secara khusus untuk menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya SI Cabang
Semarang yang sudah berada di bawah pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxisnya
dan selanjutnya terjadilah perpecahan dalam tubuh SI.
Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV diubah menjadi Partai Komunis
Hindia dan selanjutnya pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis
Indonesia. (PKI). Susunan pengurus PKI , antara lain Semaun (ketua), Darsono
(wakil ketua), Bersgma (sekretaris), dan Dekker (bendahara). PKI semakin aktif
dalam percaturan politik dan untuk menarik massa maka dalam propagandanya PKI
menghalalkan secara cara. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk mempergunakan
kepercayaan rakyat kepada ayat-ayat Al - Qur'an dan Hadis bahkan juga Ramalan
Jayabaya dan Ratu Adil.
Kemajuan
yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehinggsa merencanakan suatu
petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan
pemberontakan di Batavia dan disusul di daerah-daerah lain, seperti Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di Sumatra Barat pemberontakan PKI dilancarkan
pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang singkat semua pemberontakan PKI
tersebut berhasil ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat ditangkap, dipenjara, dan
dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua).
8. Partai Nasional
Indonesia (PNI)
Algemene Studie Club di
Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1925 telah mendorong para
pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik, yakni Partai Nasional
Indonesia (PNI). PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh 8
pemimpin, yakni dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskak, Mr.
Sunaryo, Mr. Budiarto, Dr. Samsi, dan Ir. Soekarno sebagai ketuanya. Kebanyakan
dari mereka adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang
baru kembali ke tanah air.
Gambar 1.9
Soekarno
Radikal PNI telah kelihatan sejak awal berdirinya. Hal ini
terlihat dari anggaran dasarnya bahwa tujuan PNI adalah Indonesia merdeka
dengan strategi perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
PNI berasaskan pada self help, yakni prinsip menolong diri sendiri, artinya
memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial budaya yang telah rusak oleh
penjajah dengan kekuatan sendiri; nonkooperatif, yakni tidak mengadakan kerja sama
dengan pemerintah Belanda; Marhaenisme, yakni mengentaskan massa dari
kemiskinan dan kesengsaraan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI telah menetapkan program
kerja sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada
tahun 1928, seperti berikut.
1) Usaha politik, yakni memperkuat rasa kebangsaan
(nasionalisme) dan kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, memajukan
pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan bangsa-bangsa
Asia, dan menumpas segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan kehidupan
politik.
2) Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi,
kerajinan, serta mendirikan bank-bank dan koperasi.
3) Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat
nasional, meningkatkan derajat kaum wanita, memerangi pengangguran, memajukan
transmigrasi, memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan
poliklinik.
Untuk menyebarluaskan gagasannya, PNI melakukan
propaganda-propaganda, baik lewat surat kabar, seperti Banteng Priangan di
Bandung dan Persatuan Indonesia di Batavia, maupun lewat para pemimpin
khususnya Ir. Soekarno sendiri. Dalam waktu singkat, PNI telah berkembang pesat
sehingga menimbulkan kekhawatiran di pihak pemerintah Belanda. Pemerintah
kemudian memberikan peringatan kepada pemimpin PNI agar menahan diri dalam
ucapan, propaganda, dan tindakannya.
Dengan munculnya isu bahwa PNI pada awal tahun 1930 akan
mengadakan pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia
Belanda mengadakan penggeledahan secara besar-besaran dan menangkap empat
pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno, Maskun, Gatot Mangunprojo dan Supriadinata.
Mereka kemudian diajukan ke pengadilan di Bandung.
Dalam sidang pengadilan, Ir. Soerkarno mengadakan pembelaan
dalam judul Indonesia Menggugat. Atas dasar tindakan melanggar Pasal
"karet" 153 bis dan Pasal 169 KUHP, para pemimpin PNI dianggap
mengganggu ketertiban umum dan menentang kekuasaan Belanda sehingga dijatuhi
hukuman penjara di Penjara Sukamiskin Bandung. Sementara itu, pimpinan PNI
untuk sementara dipegang oleh Mr. Sartono dan dengan pertimbangan demi
keselamatan maka pada tahun 1931 oleh pengurus besarnya PNI dibubarkan. Hal ini
menimbulkan pro dan kontra.
Mereka yang pro pembubaran, mendirikan partai
baru dengan nama Partai Indonesia (Partindo) di bawah pimpinan Mr. Sartono.
Kelompok yang kontra, ingin tetap melestarikan nama PNI dengan mendirikan
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta dan
Sutan Syahrir.
9. Gerakan Wanita
Munculnya gerakan wanita di Indonesia, khusunya di Jawa
dirintis oleh R.A. Kartini yang kemudian dikenal sebagai pelopor pergerakan
wanita Indonesia. R.A. Kartini bercita-cita untuk mengangkat derajat kaum
wanita Indonesia melalui pendidikan. Cita-citanya tersebut tertulis dalam
surat-suratnya yang kemudian berhasil dihimpun dalam sebuah buku yang
diterjemahkan dalam judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Cita-cita R.A. Kartini
ini mempunyai persamaan dengan Raden Dewi Sartika yang berjuang di Bandung.
Semasa Pergerakan Nasional maka muncul gerakan wanita yang
bergerak di bidang pendidikan dan sosial budaya.
Gambar 1.10
R.A. Kartini
Organisasi-organisasi yang
ada, antara lain sebagai berikut.
1) Putri Mardika di Batavia (1912) dengan tujuan membantu
keuangan bagi wanita-wanita yang akan melanjutkan sekolahnya. Tokohnya, antara
lain R.A. Saburudin, R.K. Rukmini, dan R.A. Sutinah Joyopranata.
2) Kartinifounds, yang didirikan oleh suami istri T.Ch. van
Deventer (1912) dengan membentuk sekolah-sekolah Kartinibagi kaum wanita,
seperti di Semarang, Batavia, Malang,
dan Madiun.
3) Kerajinan Amal Setia, di Koto Gadang Sumatra Barat oleh
Rohana Kudus (1914). Tujuannya meningkatkan derajat kaum wanita dengan cara
memberi pelajaran membaca, menulis, berhitung, mengatur rumah tangga, membuat
kerajinan, dan cara pemasarannya.
4) Aisyiah, merupakan organisasi wanita Muhammadiyah yang
didirikan oleh Ny. Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan (1917). Tujuannya untuk
memajukan pendidikan dan keagamaan kaum wanita.
5) Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak,
misalnya Pawiyatan Wanito di Magelang (1915), Wanito Susilo di Pemalang (1918),
Wanito Rukun Santoso di Malang, Budi Wanito di Solo, Putri Budi Sejati di
Surabaya (1919), Wanito Mulyo di Yogyakarta (1920), Wanito Utomo dan Wanito
Katolik di Yogyakarta (1921), dan Wanito Taman Siswa (1922).
Organisasi wanita juga muncul di Sulawesi Selatan dengan
nama Gorontalosche Mohammadaanche Vrouwenvereeniging. Di Ambon dikenal dengan
nama Ina Tani yang lebih condong ke politik. Sejalan dengan berdirinya
organisasi wanita, muncul juga surat kabar wanita yang bertujuan untuk
menyebarluaskan gagasan dan pengetahuan kewanitaan. Surat kabar milik
organisasi wanita, antara lain Putri Hindia di Bandung, Wanito Sworo di Brebes,
Sunting Melayu di Bukittinggi, Esteri Utomo di Semarang, Suara Perempuan di
Padang, Perempunan Bergolak di Medan, dan Putri Mardika di Batavia.
Puncak gerakan wanita, yaitu dengan diselenggarakannya
Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22–25 Desember 1928 di Yogyakarta.
Kongres menghasilkan bentuk perhimpunan wanita berskala nasional dan berwawasan
kebangsaan, yakni Perikatan Perempuan Indonesia (PPI). Dalam Kongres Wanita II
di Batavia pada tanggal 28–31 Desember 1929 PPI diubah menjadi Perikatan
Perhimpunan Isteri Indonesia (PPII). Kongres Wanita I merupakan awal dari
bangkitnya kesadaran nasional di kalangan wanita Indonesia sehingga tanggal 22
Desember ditetapkan sebagai hari Ibu.
SOAL
PILIHAN GANDA
1. Pengagas Politik Etis yang mengkritik keadaan
di Indonesia melalui bukunya yang berjudul Utang Budi adalah….
a. C.Th van Deventer
b. Douwess Dekker
c. Sneevliet
d. J.A Brandsteder
e. P. Bergsma
2. Politik Etis berisi tentang usulan untuk
memperbaiki bidang-bidang antara lain….
a. Irigasi, Transmigrasi, Edukasi
b. Irigasi, Transportasi, Edukasi
c. Irigasi, Emigrasi, Edukasi
d. Urbanisasi, Irigasi, Edukasi
e. Transportasi, Urbanisasi, Emigrasi
3. Budi Utomo adalah sebuah organisasi kebangsaan yang didirikan pada
tanggal....
a. 20 Mei 1908
b. 21 Mei 1908
c. 22 Mei 1908
d. 23 Mei 1908
e. 24 Mei 1908
4. Dibawah ini yang merupakan salah satu tujuan dari organisasi Budi Utomo
adalah....
a. Pengadaan Studie Fonds untuk membantu anak-anak Belanda di tanah Jawa melanjutkan sekolah tetapi tidak memiliki
biaya.
b. Pengadaan Studie Fonds untuk membantu anak-anak Bumiputra di tanah Jawa
melanjutkan sekolah tetapi tidak memiliki biaya.
c. Pengadaan Studie Fonds untuk membantu anak-anak Bumiputra yang kaya raya di
tanah Jawa melanjutkan sekolah
d. Pengadaan Studie Fonds untuk membantu anak-anak Belanda yang kaya raya di
tanah Jawa melanjutkan sekolah.
e. Pengadaan Studie Fonds untuk membantu anak-anak Bumiputra dan Belanda di
tanah Jawa melanjutkan sekolah
5. Setiap tanggal 20 Mei biasanya seluruh rakyat Indonesia mengadakan upacara
untuk memperingati hari....
a. Kemerdekaan Indonesia
b. Kebangkitan Nasional
c. Pendidikan Nasional
d. Kesaktian Pancasila
e. Kartini
6.
Tokoh pendiri organisasi
Sarekat Islam yang berasal dari Laweyan, Solo bernama….
a. H.O.S
Cokroaminoto
b. H.
Samanhudi
c. Semaun
d. Darsono
e. Tan
Malaka
7. Indische
Partij berdiri pada tanggal….
a.
a. 25 Desember 1912
b.
b. 25 Desember 1913
c.
c. 27 Desember 1915
d.
d. 28 Desember 1915
e.
e. 30 Desember 1915
8. Surat
kabar yang banyak memuat cita-cita dari Indische Partij adalah….
a. Warna
Warta
b. Bintang
Soerabaja
c. De
Expres
d. Warta
Berita
e. Tempoe
9. Usaha
yang dilakukan oleh organisasi Muhammadiyah untuk mewujudkan cita-citanya
adalah sebagai berikut, kecuali….
a. Mendirikan
sekolah dari TK hingga perguruan tinggi
b. Membangun
poliklinik, panti asuhan, dan masjid
c. Melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan
d. Membentuk
gerakan Aisyiah dan Hizbul Waton
e. Mengikuti
kegiatan perpolitikan
10. Arti dari kata “Tri Koro Dharmo” adalah….
a. Sakti,
budi, bakti
b. Bakti,
budi, luhur
c. Sakti,
bakti, setia
d. Budi,
bakti, wibawa
e. Sakti,
budi, wibawa
11. Kota yang menjadi tempat lahirnya Taman Siswa
yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara adalah….
a. Jakarta
b. Bandung
c. Palembang
d. Surabaya
e. Yogyakarta
12. Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap
tanggal…
a. 2
April
b. 2
Mei
c. 2
Juni
d. 2
Agustus
e. 2
September
13. Paham Marxisme dibawa oleh seorang warga
negara Belanda bernama….
a. Sneevliet
b. P.
Bergsma
c. C.
Th van Deventer
d. H.
W Dekker
e. Douwess
Dekker
14. Tokoh SI yang terpengaruh dengan adanya
Marxisme dan akhirnya bergabung dengan PKI bernama….
a. a. Semaun dan D.N. Aidit
b.
b. Darsono dan D.N. Aidit
c.
c. Muso dan Semaun
d.
d. Semaun dan Darsono
e. e. Muso dan D.N Aidit
15. Berikut adalah salah satu nama pendiri dari
Partai Nasional Indonesia yaitu….
a. Mr.
Mohammad Yamin
b. KH.
Ahmad Dahlan
c. Semaun
d. Mr.
Sunaryo
e. Suwardi
Suryaningrat