Pencarian

Sabtu, 24 Januari 2015

BERDIRI DAN RUNTUHNYA KERAJAAN MATARAM ISLAM DI JAWA



BERDIRI DAN RUNTUHNYA KERAJAAN MATARAM ISLAM DI JAWA





MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Indonesia Madya
Yang dibina oleh Deny Yudo Wahyudi, S.Pd., M.Hum





Oleh
Galih Yoga Wahyu Kuncoro
130731615690










UM Malang
 















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
Mei 2014



BAB 1
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Kerajaan Islam di pulau Jawa terdapat banyak, namun sedikit diantaranya yang memiliki pusat kerajaan di daerah pedalaman. Kerajaan-kerajaan pada umumnya sejak zaman Hindu-Buddha memiliki pusat di pesisir pantai. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan bercorak Islam yang pusat kerajaannya berada dipedalaman pulau Jawa.
            Kerajaan Mataram dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit. Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di "Bumi Mentaok" yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya.
Kerajaan Mataram termasuk kedalam empat kerajaan di Jawa yang memilliki pengaruh kekuasaan yang luas selain kerajaan Banten, Demak, Cirebon dan Pajang. Kerajaan Mataram hampir menguasai seluruh wilayah di Jawa terlebih di Jawa Timur.
Kesultanan Mataram berkembang pesat dan menguasai beberapa kerajaan di sekitarnya di mulai dari Pajang. Mataram juga menguasai bandar-bandar di pesisir pantai utara Jawa dalam rangka mengembangkan kekuasaan ekonominya.
            Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana proses berdiri dan jatuhnya kerajaan Mataram Islam. Mataram merupakan sebuah kerajaan agraris yang letaknya di selatan Jawa meskipun jalur perdagangan yang sering dilalui berada di utara Jawa.
            Proses pendirian Mataram ini tidak terlepas dari kerajaan-kerajaan sebelumnya. Menurut Bosch, Mataram merupakan tranformasi kekuasaan dari Majapahit yang beralih ke Demak yang sudah merupakan kerajaan bercorak Islam yang merupakan “pemindahan” belaka pusat kerajaan dari keraton Majapahit ke Bintara Demak kemudian beralih ke tangan Jaka Tingkir (yang kelak menjadi Sultan Pajang), kemudian berpindah pula ke tangan Senapati Ing Alaga, yang kemudian mengembangkan Mataram menjadi kerajaan besar.
            Dalam perkembangannya Mataram menjadi sebuah kerajaan yang kuat berhasil menguasai sebagian besar wilayah Jawa. Namun beberapa faktor menjadi penyebab keruntuhan kerajaan ini. Faktor penyebab berdiri dan runtuhnya kerajaan Mataram ini yang akan dibahas oleh penulis.
            Karena dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran membangun bagi kedepannya.


2.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana terbentuknya kerajaan Mataram Islam?
2.      Bagaimana proses kerajaan Mataram Islam menjadi kerajaan besar pada masa punjak kejayaannya?
3.      Bagaimana proses kejatuhan kerajaan Mataram Islam?

3.      Tujuan
1.      Untuk menjelaskan bagaimana proses terbentuknya kerajaan Mataram Islam!
2.      Untuk menjelaskan bagaimana proses kerajaan Mataram Islam menjadi kerajaan besar pada masa kejayaannya!
3.      Untuk menjelaskan bagaimana kejatuhan kerajaan Mataram Islam!




BAB 2
PEMBAHASAN

1.      Berdirinya kerajaan Mataram Islam
            Mataram merupakan sebuah daerah yang subur, terletak antara Kali Opak dan Kali Praga yang alirannya menuju Samudra Hindia. Pada awalnya, Mataram merupakan wilayah dari kerajaan Pajang yang tanahnya diberikan kepada Ki Ageng Pamanahan, anak Ki Ageng Ngenis atas jasa pembunuhan terhadap Sunan Prawata. Kemudian Ki Ageng Pamanahan membuat sebuah keraton pada tahun 1578 di wilayah Mataram.
Bendera Mataram

            Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat permukiman baru dan persawahan. Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya.
Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat.
Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Kotagede pada tahun 1568 M. Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar penembahan Senapati Ing Alaga.
Pada masa pemerintahan Senapati ing Alaga, wilayah Mataram Islam diperluas hingga ke daerah pesisir utara, kemudian ke daerah-daerah Jawa bagian timur, dan ke daerah Jawa bagian barat.

2.      Puncak Kejayaan Mataram Islam
Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram Islam berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh sampai Pasuruan.
Untuk memperluas daerah kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.

Daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam
Gambar daerah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam

            Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai Madiun, yang waktu itu bersekutu dengan Surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan Kediri dan Jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.
Sebagai raja Islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkan-penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa Mataram harus menjadi pusat budaya dan agama Islam, untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan Demak. 

Image and video hosting by TinyPic
Silsilah raja Mataram Islam

            Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang (Prabu Hanyokrowati) yang dikenal juga sebagai Panembahan Sedo ing Krapyak. Setelah itu tahta beralih sebentar ke tangan putra keempat Mas Jolang yang bergelar Adipati Martoputro. Ternyata Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf sehingga tahta beralih ke putra sulung Mas Jolang yang bernama Mas Rangsang pada masa pemerintahan Mas Rangsang,Mataram mengalami masa keemasan. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.

Sultan Agung Hanyokrokusumo
            Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan.  Ia memindahkan lokasi kraton ke Karta (Jw. "kertå", maka muncul sebutan pula "Mataram Karta"). Akibat terjadi gesekan dalam penguasaan perdagangan antara Mataram dengan VOC yang berpusat di Batavia, Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC.
            Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mempersiapkan pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul pada tahun 1628 untuk mengempung Batavia mengalami kegagalan.
            Kegagalan tersebut menyebabkan Mataram bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki Ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia, Bommel, dan Weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan Mataram ditarik mundur pada tahun itu juga.

Wilayah Mataram dibawah kekuasaan Sultan Agung

            Karena sudah menguasai hampir sebagian besar wilayah di Jawa khususnya Jawa Timur, dan menguasai pusat-pusat perdagangan di pesisir pantai utara Jawa, Mataram mencapai masa puncak kejayaannya.



3.      Runtuhnya kerajaan Mataram Islam
            Kerajaan Mataram Islam runtuh akibat adanya campur tangan VOC sejak zaman pemerintahan Sunan Amangkurat 1 (Sultan Amangkurat Senapati ing Alaga Ngabdur Rahman Sayidin Panatagama) yang meliputi hal politik untuk melawan Trunajaya.
            Akibatnya muncul pemberontakan Trunajaya (Madura) yang dibantu oleh Pangeran Kajoran dan para pejabat dan masyarakat yang sudah sangat tertekan. Tanggal 28 Juni 1677 Trunajaya berhasil merebut istana Plered. Amangkurat I dan Mas Rahmat melarikan diri ke barat. Istana Plered berhasil direbut kembali oleh Pangeran Puger (Kanjeng Susuhunan ing Alaga Ngabdur Rahman Sayidin Panata Gama) yang menyerang dari Jenar. Babad Tanah Jawi menyatakan, dengan jatuhnya istana Plered menandai berakhirnya Kesultanan Mataram. Sepeninggal Amangkurat I dia digantikan oleh Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1680)
            Setelah Amangkurat II meninggal diganti Amangkurat III, tetapi VOC tidak senang dengan Amangkurat III karena dia menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I sebagai raja, akibatnya Mataram memiliki dua raja dan inilah yang menjadikan perpecahan Internal, Amangkurat III akhirnya memberontak tapi akhirnya kalah dan ditangkap di Batavia lalu diasingkan di Ceylon, Srilanka dan meninggal tahun 1734.
            Kekacauan politik dari masa kemasa akhirnya dapat terselesaikan pada masa Pakubuana III  setelah wilayah Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Suarakarta  tanggal 13 Februari 1755, pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti , perjanjian Giyanti adalah kesepakatan yang dibuat oleh pihak VOC, pihak Mataram( diwakili oleh Pakubuwana III) dan kelompok pangeran Mangkubumi. Nama Giyanti diambil dari lokasi penjanjian tersebut ( ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi didukuh Kerten , Desa Jantiharjo) ditenggara kota Karanganyar, Jawa Tengah, perjanjian ini menandai berakhirnya kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen.

Mataram setelah perjanjian Giyanti

            Berdasarkan perjanjian ini wilayah Mataram terbagi menjadi dua, wilayah disebelah timur kali Opak dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada  Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono I yang berkedudukan di Yogyakarta.
            Perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara ( R.M Said) yang terlepas dari kesunanan Surakarta dan Pakualaman ( P. Nata Kusuma) , dan keempat pecahan Mataram Kesultanan Mataram tersebut masih melanjutkan dinasti masing – masing , bahkan pecahan Mataram tersebut terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat hingga sekarang.




BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
            Mataram merupakan sebuah kerajaan Islam yang letaknya berada di pedalaman. Mataram pada mulanya merupakan sebuah hutan di wilayah kerajaan Pajang. Mataram diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan atas jasanya dalam pembunuhan Sunan Prawoto. Oleh Ki Ageng Pemanahan, mataram dibangun menjadi sebuah Kadipaten.
            Oleh Sutawijaya, Mataram dibangun menjadi sebuah kerajaan yang besar. Menggantikan kerajaan Pajang yang berhasil dikalahkan. Sutawijaya bergelar penembahan Senopati ing Alaga. Senopati berhasil meluaskan wilayah Mataram hingga hampir seluruh Jawa.
            Sultan Agung mempersiapkan pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan selama dua kali untuk mengempung Batavia mengalami kegagalan.
            Mataram runtuh akibat adanya pengaruh VOC sejak zaman pemerintahan Amangkurat 1. Serta adanya dualisme kepemimpinan dalam Mataram sejak diangkatnya Pakubuana 1. Sehingga Mataram memiliki dua raja.
            Oleh karena itu, pada perjanjian Giyanti, Mataram dibagi menjadi dua wilayah yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunan Surakarta. Berdasarkan perjanjian Giyanti wilayah Mataram terbagi menjadi dua, wilayah disebelah timur kali Opak dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada  Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono I yang berkedudukan di Yogyakarta




DAFTAR RUJUKAN

Kerajaan islam di indonesia (http://yanti41.blogspot.com/2013/07/kerajaan-islam-di-indonesia.html diakses 2014-03-21) diakses 24 Maret 2014 pukul 08.30 WIB
Kesultanan Mataram (id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram) diakses 04 Mei 2014 pukul 07.15 WIB
Makalah kerajaan islam. (http://professorbandi.blogspot.com/2012/11/makalah-kerajaan-mataram-islam_14.html) diakses 24 Maret 14 pukul 17:55 WIB
Olthof W.L . 2011. Babad Tanah Jawi (Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647). Yogyakarta: NARASI
Poesponegoro  Marwati Djoenoed, Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia (Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia). Jakarta: Balai Pustaka


4 komentar:

  1. http://semuaceritavipdomino.blogspot.com/2017/11/iphone-x-versi-murah-meluncur-tahun.html
    http://semuaceritavipdomino.blogspot.com/2017/11/ini-dua-nama-kandidat-ketum-golkar-bila.html
    http://semuaceritavipdomino.blogspot.com/2017/11/saham-amazon-naik-kekayaan-jeff-bezos.html


    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At Dominovip.com ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - Skype : Vip_Domino
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523

    BalasHapus
  2. Las Vegas (LAS VEGAS) - Mapyro
    Get directions, reviews and information for 서울특별 출장안마 Las Vegas 양산 출장마사지 (LAS VEGAS) in 당진 출장안마 Las Vegas, NV. 3131 안산 출장샵 South Las 의왕 출장마사지 Vegas Blvd. 3131 Las Vegas Blvd. 87501; United States.

    BalasHapus