METODE
PENULISAN SEJARAH
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Sejarah
Yang dibina oleh Ibu Indah Wahyu Puji
Utami, S.Pd, S.Hum, M.Pd
Oleh
Alifah Nur Muslimah (130731607245)
Galih Yoga Wahyu Kuncoro (130731615690)
Intan Febri Layyinah (130731615706)
Muhammad Tarmizi (130731607232)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
SEPTEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkah dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul Metode Pembelajaran
Sejarah dengan harapan dapat mengetahui, serta memahami metode
pembelajaran sejarah yang baik. Dan juga tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik
maupun saran membangun diharapkan dapat diberikan kepada penulis untuk lebih menyempurnakan makalah ini
semoga bermanfaat. Terima kasih.
Malang, 17 September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
…...……….………………………………………………… i
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………….. ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
……………………………………………………..1
Topik Pembahasan …………………………………………………………...1 Tujuan Penulisan Makalah ...…………………………………………………2
BAB 2 PEMBAHASAN
Penggunaan Catatanbawah
…………………………………………….……..3
Imajinasi didalam Historiografi
………………………………………..……..5
Masalah Seleksi, Penyusunan, dan
Tekanan ………………………….……...6
Mendefinisikan Kembali Historiografi
……………………………….……....6
Masalah Penyusunan : Periodesasi
…………………………………….……..7
Penulisan Sejarah yang Bersifat
Ilmiah ……………………………….……...9
Metodologi Sejarah
…………………………………………………….…….10
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
…………………………………………………………………..13
Saran …………………………………………………………………………14
DAFTAR RUJUKAN
……….……………………………………….……………...15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sudah
banyak sekali buku-buku tentang sejarah yang pernah kita baca, mulai dari zaman
prasejarah sampai sejarah pada zaman milenium ini, buku-buku tersebut memberikan
bacaan dan ilmu yang sangat kita butuhkan sebagai seorang agen sejarah, segala
informasi yang tersusun secara sistematis dan memberikan kita banyak sekali
pengetahuan yang lebih jauh tentang sejarah, semuanya tersusun rapi, memiliki
sistematika yang jelas sehingga mudah untuk difahami.
Namun
tak banyak kita ketahui, bagaimanakah sebenarnya metode penulisan buku sejarah
tersebut sehingga pengetahuan tentang sejarah dapat disajikan dengan begitu
bagus dengan bahasa yang baik dan efisien sehingga memudahkan kami dalam
memahami sejarah.
Inilah
yang mendorong kami untuk mencari informasi lebih tentang metode penulisan
sejarah, dengan metode yang seperti apa sehingga paparan sejarah yang disajikan
bisa begitu sistematis? Tidak asal tulis? Bagaimana cara menuliskan sejarah
dengan metode yang baik dan tidak membingungkan pembaca? Semoga makalah ini
bisa menjawab ketidak tahuan kami tentang metode penulisan sejarah.
B.
Topik
Pembahasan
Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, kami
mengidentifikasi pokok-pokok masalah yang akan dibahas yaitu :
1.
Bagaimana cara menulis sejarah dengan baik dan benar?
2.
Apa sajakah metode yang digunakan dalam penulisan sejarah?
3.
Bagaimana metode penyusunan sejarah?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Berdasarkan
topik pembahasan
diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah mendorong mahasiswa agar
mampu :
1.
Untuk mengidentifikasi
metode apa saja yang digunakan dalam penulisan sejarah
2.
Untuk memudahkan mahasiswa
dalam menyusun historiografi dengan baik dan benar
3.
Untuk menginformasikan
kepada mahasiswa bagaimana cara menyusun penulisan sejarah.
4.
Membuat suatu tulisan
tentang sejarah setelah mengetahui metode penulisannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Penggunaan catatanbawah
Sejarawan didalam karyanya yang
serius meniadakan catatanbawah, dengan demikian meniadakan sarana yang
memungkinkan orang lain menguji kesimpulan-kesimpulannya. Catatanbawah
memungkinkan pembaca yang cerdas untuk mengetahui bagaimana pengarang dapat
mengetahui dan bagi seorang sejarawan, dan bukan sebagai penghasil sesuap nasi
bagi keluarganya, seorang pembaca yang cerdas sama halnya dengan seratus
pembaca dari jenis yang sering bergerombol didalam klub-klub buku. Tambahan
pula catatanbawah memungkinkan pengarang yang tajam untuk memperoleh ketelitian
yang lebih besar.
Sebab
yang paling dapat dipertanggungjawabkan untuk memakai catatanbawah adalah untuk
menunjukkan sumber bagi sesuatu pernyataan yang dapat diragukan kebenarannya.
Dengan demikian catatanbawah berfungsi seperti panggilan terhadap seorang saksi
didalam pengadilan. Diharapkan bahwa kesaksian itu dibuat sesingkat-singkatnya.
Kadang-kadang, jika para saksi berbeda paham, maka perlu memanggil lebih dari
satu, yakni untuk menyatakan perbedaan pahamnya dan bahkan untuk menghilangkan
perbedaan paham diantara mereka dalam suatu catatanbawah. Dalam hal semacam
itu, catatanbawah menjadi agak panjang tetapi akan tetap dipergunakan secara
khusus untuk tujuan-tujuan dokumentasi, untuk menunjukkan sumber bagi kesaksian
yang menjadi dasar daripada pernyataan yang diberi catatanbawah.
1.
Intisari
metode sejarah
Jika
metode sejarah mengalami perubahan yang lebih besar pada masa yang akan datang
dibandingkan dengan masa yang lampau, maka sejarawan dimasa yang akan datang
akan menempuh cara-cara yang sama seperti diuraikan didalam buku ini dalam
menghadapi dokumen sejarah yang langsung hidup. Setelah menemukan
dokumen-dokumen itu, ia harus menetapkan dua hal: Pertama, apakah
dokumen-dokumen itu otentik, atau
bagian-bagian yang mana yang otentik jika hanya sebagian diantaranya atau hanya
beberapa bagian dari yang otentik? Kedua, seberapa banyak dari bagian-bagian
otentik tersebut yang dapat dipercaya, dan sejauh mana? Hanya itulah yang dapat
diperoleh dokumen-dokumen itu sendiri. Akan tetapi hanya menemukan dan
menetapkan otentik-tidaknya dokumen atau bahkan mengeditnya secara kritis
dengan menunjukkan kredibilitasnya. Jika ingin menjadi sejarawan, satu hal yang
berat akan dihadapinya. Masalah itu adalah bagaimana caranya harus menyusun
detail yang telah disimpulkan dari dokumen-dokumen otentik menjadi suatu kisah
atau penyajian yang saling berhubungan. Hanya apabila telah melakukan ketiga
hal tersebut maka dapat disebut sebagai seorang sejarawan.
Dengan
demikian cara menulis sejarah mengenai suatu tempat, peristiwa, lembaga, atau
orang. Yang bertumpu pada empat kegiatan pokok :
1.
Pengumpulan objek yang
berasal dari jaman itu dan pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, yang
boleh dijadikan relevan.
2.
Menyingkirkan bahan-bahan
yang tidak otentik.
3.
Menyimpulkan kesaksian
yang tidak dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik.
4.
Penyusunan kesaksian
yang dapat dipercaya menjadi suatu kisah atau penyajian yang berarti. Suatu
pengertian yang mngenai empat langkah tersebut diperlukan untuk membaca secara
cerdas apa yang telah dituliskan oleh sejarawan. Buku ini berisi uraian
mengenai empat langkah tersebut.
B. Imajinasi didalam
historiografi
Sejarawan
tidak diijinkan untuk menghayalkan hal-hal yang menurut akal tidak mungkin
terjadi. Untuk tujuan tertentu yang kemudian akan kita bahas, ia boleh boleh
menghayalkan hal-hal yang mungkin telah terjadi. Tetapi ia harus menghayalkan
hal-hal yang kiranya pasti telah terjadi. Tidak mungkin untuk merumuskan
aturan-aturan mengenai penggunaan imajinasi didalam sejarah kecuali
ketentuan-ketentuan yang bersifat umum. Merupakan pepatah yang yang telah usang
bahwa sejarawan yang paling mengetahui hidup sekarang, juga akan mengetahui
hidup yang lampau. Karena watak manusia
tidak banyak berubah dalam masa historis, generasi-generasi sekarang dapat
mengerti generasi-generasi yang lampau dilihat dari sudut pengalamannya
sendiri.
Sejarawan yang dapat mengajukan
analogi dan kontras yang terbaik adalah mereka yang paling besar kesadarannya
mengenai analogi dan kontras yang mungkin ada, yakni mempunyai jangkauan
pengalaman, imajinasi, kearifan, dan pengetahuan yang seluas-luasnya. Sayang
sekali tidak ada pepatah usang yang mengatakan bagaimana caranya untuk
memperoleh jangkauan daripada sifat-sifat dan pengetahuan yang diinginkan itu,
atau bagaimana cara mengalihkannya untuk mengerti masa lampau. Karena segalanya
itu tidak hanya dihimpun dengan peraturan atau tauladan, kerajinan dan doa,
meskipun semuanya itu dapat menolong. Dan karena itu, dalam arti usaha
mensistesakan data sejarah menjadi kisah atau penyajian dengan jalan menulis
buku-buku sejarah dan artikel atau mengungkapkan kuliah-kuliah sejarah, tidak
mudah memberi aturan-aturan. Harus diluangkan tempat bagi bakat asli dan
inspirasi. Dan agaknya hal itu merupakan sesuatu yang baik. Tetapi karena
peraturan dan teladan mungkin ada gunanya, disini akan diusahakan untuk
memberikan beberapa peraturan dan contoh.
C. Masalah Seleksi,
Penyusunan Dan Tekanan
Metode
sejarah bersifat ilmiah jika dengan ilmiah dimaksudkan “mampu untuk menentukan
fakta yang dapat dibuktikan” dan jika dengan fakta dimaksudkan suatu unsur yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan yang kritis terhadap dokumen sejarah dan
bukannya suatu unsur dari aktualitas yang lampau. Apaka menguntungkan atau
merugikan, fakta-fakta yang tidak bersambungan pada dirinya sendiri tidak
merupakan hasil akhir sejarah. Sesuatu deskripsi mengenai
masyarakat-masyarakat, kondisi-kondisi, gagasan-gagasan, dan lembaga-lembaga
yang lampau atau suatu kisah mengenai karir dan peristiwa yang lampau biasanya
merupakan tujuan bagi penyelidikan sejarah secara individual. Suatu deskripsi
atau peristiwa seperti itu sering kali disebut secara terpisah sebagai sesuatu sejarah
dan, sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya, dalam keseluruhannya
penulisan-penulisa sejarah kadang-kadang disebut historiografi.
D. Mendefinisikan Kembali
Historiografi
Kenyataan
bahwa ada arti-arti baru yang diberikan kepada kata-kata yang telah
dipergunakan dengan arti yang lain, menyebabkan timbulnya sebagian kekacauan
dalam diskusi-diskusi mengenai hakekat sejarah. Kiranya ada baiknya untuk
mengulangi disini bahwa suatu sejarah merupakan suatu usaha yang sengaja untuk
memberikan pertelaan untuk mengenai sesuatu peristiwa lampau atau kombinasi
peristiwa-peristiwa; yakni apa yang disebut sejarah tertulis, untuk
memperbedakannya dari sejarah-sebagai-aktualitas (atau totalitas masa lampau manusia baik yang diketahui atau
tidak) dan dari sejarah yang direkam (atau bagian itu dari
sejarah-sebagai-aktualitas yang bagaimanapun caranya telah dimasukkan kedalam
rekaman yang dapat ditemukan, entah sudah ditemukan atau belum).
Dalam suatu jaman dimana
kuliah-kuliah pada umumnya tidak dibaca dari naskah tulisan tangan, sebagaimana
yang terjadi dalam masa belum adanya cetakan,
historiografi harus pula ditafsirkan meliputi sejarah lisan, karena
kuliah, meskipun sarana penerbitan yang lebih murah, lebih terbatas dan tidak
terlalu awet dibandingkan dengan pencetakan, mau tidak mau merupakan publikasi
juga.
Dan historiografi yang menunjuk
pada tulisan atau bacaan yang dapat disebut Historis harus diperbedakan dari
kata yang sama apabila berarti proses penulisan sejarah (yakni, mempersatukan
didalam sebuah sejarah, unsur-unsur yang diperoleh dari rekaman-rekaman melalui
pengetrapan yang seksama daripada metode sejarah). Dalam halaman-halaman yang
akan datang akan dibahas historiografi dalam arti kata yang kedua.
E. Masalah Penyusunan:
Periodesasi
Penyusunan
data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara kronologis, yakni
dalam periode-periode waktu. Sebabnya ialah karena kronologi merupakan
satu-satunya norma objektif dan konstan yang harus diperhitungkan oleh para
sejarawan. Bahkan kronologi hanya secara relatif bersifat objektif, karena
periodesasi dapat dan seringkali bersifat sewenang-wenang. Terlalu mudah
sebutan-sebutan memberikan kesan bahwa perkembangan atau cita-cita yang
menonjol itu tidak terdapat pada zaman lain dalam proporsi yang mencolok atau
bahwa zaman-zaman yang ditonjolkan semacam itu tidak dapat disebut dengan nama
lain dengan sama akuratnya.
Tindakan memberikan suatu nama
deskriptif kepada sesuatu periode sejarah mungkin merupakan cara yang baik
untuk memberikan kepada periode itu suatu “kerangka referensi” yang dapat
dipergunakan untuk mengerti nilai-nilainya. Akan tetapi keuntungan itu menjadi
hilang jika meniadakan usaha meniadakan usaha mencari kerangka referensi yang lain.
Tak ada satupun zaman yang dapat disebutkan dengan tepat dengan memberikan satu
sifat tunggal yang eksklusif. Usaha-usaha seperti itu seringkali mengakibatkan
penggunaan secara kabur dan berkiasan terhadap istilah yang memberikan
karakteristik.
Dalam
knyataannya, studi sejarah sudah sangat dirugikan oleh kecenderungan untuk
memberikan kepada periode-periode tertentu yang hanya relatif tepat, terutama
sekali didalam tindakan membagi sejarah didalam periode-periode kuno,
pertengahan dan modern. Pertama, jikapun sebutan-sebutan itu sudah terasa kabur
dari sejarah Barat. Untuk budaya-budaya lain seperti budaya Cina atau Jepang
telah melalui tahap-tahap perkembangan yang seolah-olah merupakan transisi yang
analogis mulai suatu zaman klasik melalui suatu periode peralihan menuju kepada
sesuatu jaman modern, maka pembatasan-pembatasan kronologis terhadap
tahap-tahap itu tidak serasi dengan analogi baratnya. Kedua, kata-kata seperti
kuno dan abad pertengahan cenderung kepada prasangka mengenai jarak waktu, kematian,
dan keusangan yang seringkali akan tersangkat andaikata hasrat untuk memeriksa
lebih lanjut tidak dipadamkan. Bagian terbesar dari sejarah yang biasa kita
sebut kuno.
Peristiwa-peristiwa
sekarang nampak besar dan memakan tempat yang banyak halaman didalam buku
sejarah. Sejarawan manakah yang masih menganggap sebab-sebab bagi Perang Dunia
I sebegitu penting sebagaimana yang dianggap oleh sebagian mereka yang termasuk
generasi antara 1919 dan 1929? Perspektif sejarah, yakni kemampuan untuk
meliahat peranan yang layak dari pada seperangkat peristiwa didalam karir
panjang umat manusia, hanya dapat diperoleh dalam waktu yang lama. Oleh karena
itu, akan lebih baik keadaanya jika lebih banyak sejarawan memusatkan diri
kepada masalah-masalah yang kekal dan lembaga-lembaga atau gagasan-gagasan yang
menentukan didalam sejarah sejak rekamannya yang paling awal sampai masa kini,
daripada mempelajari periode-periode tertentu didalam sejarah. Bahwa sesuatu
kecenderungan kearah itu telah ada,
dibuktikan oleh perhatian yang semakin bertambah dari pihak para
sejarawan terhadap tahap-tahap perkembangan sejarah seperti sejarah ekonomi,
sejarah budaya, sejarah perniagaan, sejarah pertanian, dsb.
F. Penulisan sejarah
yang bersifat ilmiah
Kegiatan
terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta
berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan
sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena
kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri
sejarah sebagai ilmu.
Selain kedua hal tersebut,
penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus
memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.
1.
Bahasa yang digunakan
harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Kaya
ilmiah dituntut untuk menggunakan kalimat efektif.
2.
Merperhatikan
konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca, penggunaan istilah, dan
penujukan sumber.
3.
Istilah dan kata-kata
tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks permasalahannya.
4.
Format penulisan harus
sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku, termasuk format penulisan
bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.
Kaidah-kaidah tersebut harus
benar-benar dipahami dan diterapkan, karena kualitas karya ilmiah bukan hanya
terletak pada masalah yang dibahas, tetapi ditunjukkan pula oleh format
penyajiannya.
G. Metodologi
Sejarah
Metodologi sejarah antara lain:
1.
Penulisan sejarah di Indonesia
Historiografi Indonesia
modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya Seminar Sejrah
Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta. Adanya perubahan cara penulisan
sejarah dari Neerlandocentrisme menjadi Indonesiacentrisme. Kategori
pertama dari kepustakaan sejarah ialah yang ditulis oleh sejarawan
akademis. Kegiatan penulisan sejarah yang lain meliputi berbagai kegiatan
yang disponsori pemerintah dalam bentuk proyek-proyek penulisan, sejarah militer,
sejarah popular, sejarah lisan dan lain-lain. Sebagai usaha tambahan dari
penulisan sejarah adalah usaha penerbitan arsip yang dikerjakan oleh Arsip
Nasional.
Dapat disimpulkan kategori
tersebut adalah sejarah akademis, sejarah Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Sejarah Nasional (IDSN) dan sejarah militer, dan sejarah popular.
2.
Sejarah Lisan
Penggalian sumber sejarah
atau informasi mengenai sejarah melalui teknik wawancara dengan orang-orang
yang terlibat langsung atau saksi suatu peristiwa pada masa lampau.
Kegunaan dari sejarah lisan
adalah sebagai metode tunggal, serta sebagai bahan dokumenter. Sejarah
lisan juga mempunyai sumbangan yang besar dalam mengembangkan substansi
penulisan sejarah, diantaranya dalam menggali sejarah dari pelaku-pelakunya
tidak memiliki batasan, dapat mencapai pelaku sejarah yang tidak disebutkan
dalam dokumen, dan memungkinkan perluasan permasalahan sejarah.
3.
Sejarah Kebudayaan
Sejarah kebudayaan adalah
usaha mencari “morfologi budaya”, studi tentang struktur, pendapat dari Huizinga
(1872-1945). Tugas dari sejarah kebudayaan adalah mencari
pola-polakehidupan, kesenian dan pemikiran secara bersama-sama. Sejarah
kebudayaan mempunyai peranan penting, karena hanya dengan melihat kemasa lalu
kita dapat membangun masa depan dengan lebih baik. Sejarah juga
menawarkan cara pandang yang kritis mengenai masa lalu, sehingga tidak terjebak
pada archaisme dan makronisme, sekalipun kita berpijak pada jati diri yang
terbentuk dimasa lampau sejarah kita.
4.
Seminar Sejarah Lokal 1984
Seminar sejarah lokal,
diselenggarakan pada tanggal 17-20 September 1984 di Medan. Hal-hal yang dibahas saat
seminar sejarah lokal, 1984 adalah:
a.
adanya
kesadaran mengenai dimensi waktu dalam penulisan sejarah yang tampak dalam
tulisan mengenai pendidikan
b.
Tersingkapnya
lebih banyak lagi garis depan sejarah
c.
Adanya
pendekatan antropologis dalam sejarah local Sumatera Utara
d.
Hubungan
migrasi dan perubahan sosial yang mendapat perhatian dari beberapa tulisan
e.
Adanya
teori dan konsep dari antropologi politik yang tampak secara implicit dalam
tulisan mengenai Indonesia bagian timur
f.
Sejarah
revolusi yang diwakili oleh beberapa tulisan
g.
Sejarah
politik, terutama sejarah politik kontemporer, masih menjadi pantangan bagi
sejarawan.
Sejarah lokal dalam
bentuknya yang mikro telah tampak dasar-dasar dinamikanya, sehingga peristiwa
sejarah dapat diterangkan melalui dinamika internal yang di tiap daerah
mempunyai kekhasan tersendiri yang otonom.
5.
Biografi
Biografi adalah catatan
tentang hidup seseorang, meskipun sangat mikro, namun menjadi bagian dalam
mosaic sejarah yang lebih besar. Otobiografi adalah biografi
yang ditulis sendiri
Setiap biografi seharusnya
mengandung hal-hal sebagai berikut:
a.
kepribadian
tokohnya
b.
kekuatan
sosial yang mendukung
c.
lukisan
sejarah zamannya
d.
keberuntungan
dan kesempatan yang datang
Terdapat dua macam
biografi,yaitu Portrayal (portrait) artinya biografi hanya mencoba memahami dan
Scientific (ilmiah) orang berusaha menerangkan tokohnya berdasar analisis
ilmiah.
6.
Sejarah Kuantitatif
Sejarah kuantitatif ialah
penggunaan metode kuantitatif dalam penulisan sejarah.
Sejarah kuantitatif
menggunakan teknik matematika sehingga lebih objektif, sedangkan kualitatif
menggunakan hermeunetika berpa interpretasi terhadap pikiran, perkataan dan
perbuatan.
Sejumlah permasalahan yang
dapat dikembangkan oleh sejarah kuantitatif yakni ekonomi, demografi,
sosiologi, politik. Sumber sejarah ini adalah Biro Pusat Statistik (BPS).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penelitian
sejarah harus dilandasi atau berpedoman pada kaidah-kaidah metode sejarah. Jika
tidak, penelitian itu hanya akan menghasilkan tulisan sejarah semi ilmiah atau
bahkan sejarah populer. Oleh karena itu calon peneliti sejarah harus memahami
kaidah-kaidah metode sejarah dan mampu mengimplementasikannya, agar penelitian
itu menghasilkan karya sejarah ilmiah.
Penulisan
sejarah ilmiah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi mengenai permasalahan
yang dibahas. Eksplanasi itu diperoleh melalui analisis. Untuk mempertajam
analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan teori sejarah
perlu ditunjang oleh teori dan/atau konsep ilmu-ilmu sosial yang relevan
(sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dll.). Dengan kata lain, penulisan
sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah yang dibahas,
perlu dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan pendekatan
multidimensional (multidimensional approach). Hal itu sesuai dengan
ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai ilmu.
Oleh
karena itu, penelitian sejarah dan hasilnya dapat membantu penelitian dan
pengembangan kebudayaan. Sejarah mengkaji aspek-aspek kehidupan manusia di masa
lampau, termasuk kebudayaan.
B.
Saran
Tiada
hal yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Termasuk
makalah ini, pastilah ada kesalahan atau kekurangan. Demi terwujudnya makalah
yang mendekati kesempurnaan, penulis memerlukan kritik dan saran yang membangun
yang bersifat dan bertujuan untuk memperbaiki makalah penulis kedepannya.
Apabila penulis ingin membuat makalah lagi, maka dapat menggunakan kritik dan
saran yang dibuat oleh pembaca untuk mengurangi kesalahan dan kekurangan dalam
membuat makalah.
DAFTAR RUJUKAN
Gottschalk,
L. 1975. Mengerti Sejarah (Understanding
History: A Primer of Historical Method) (Nugroho Notosusanto, Trans.).
Malang : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar