SEJARAH KELUARGA
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PENGANTAR ILMU
SEJARAH
Yang di bina oleh Bu Indah W.P.U ,S.Pd.,S.Hum.,M.Pd.
oleh
:
GALIH YOGA WAHYU KUNCORO
130731615690
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN SEJARAH
Desember
2013
Keluarga adalah sebuah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan satu sama lain. Yang saling bekerja sama dalam
satu hal dalam suatu kegiatan seperti halnya melakukan pekerjaan rumah yang
terbagi-bagi dan selalu bekerja sama. Arti keluarga bagi penulis adalah segala-galanya
yang tidak tergantikan dengan apapun, karena keluarga tempat kita untuk
menyampaikan keluh kisah dalam keseharian melakukan kegiatan. Keluarga adalah
orang pertama kita dalam membantu kesusahan masalah kita, disaat kita susah dan
duka selalu ada untuk kita dan tidak pernah mengeluh menghadapi kita semua.
Keluarga
mempunyai banyak fungsi yang tidak kita sadari itu. Antara lain keluarga berfungsi sebagai
pendidik yang artinya keluarga
mendidik kita dalam hal perilaku, tata auturan, kelakuan, cara bersosialisasi,
dan dalam hal apapun. Fungsi kedua
adalah sosialisator, mengajarkan kita cara bergaul dan cara
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
keluarga agar kita tidak terjerumus dalam hal
negatif. Yang ketiga keluarga
berfungsi sebagai pendidik moral dan akidah dalam beragama, mendekatkan diri
kepada Yang Maha Esa. Terakhir keluarga adalah tempat dimana kita dibesarkan
dalam kehidupan masyarakat yang berlandaskan ekonomi yang digunakan untuk
keperluan hidup sehari-hari.
Kenyataannya
beberapa orang melupakan peranan penting
dari fungsi tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari
peran keluarga yang penting kadang
terlupakan.
Karena itu penulis
mengambil salah satu dari keluarga yang berperan dalam kehidupan penulis, beliau adalah
almarhumah Bapak penulis
yaitu Surono Siswoprawiro yang membimbing
penulis dari kecil.
Alasan
pengambilan judul adalah kedekatan emosional. Sejak kelahiran penulis hingga beliau wafat,
beliau senantiasa membimbing penulis.
Dari kecil hingga besar dan menuju proses kedewasaan penulis senantiasa dibina
oleh beliau dalam rumah. Segala kedekatan dan proses interaksi beliau selalu
ajarkan.
Mengingat jasa beliau yang besar terhadap penulis
dalam proses membimbing dan membina penulis. Penulis tergerak untuk membuat
sejarah hidup beliau yang kelak berguna bagi anak dan cucunya dalam mengenang
beliau.
1.
Bagaimana sejarah Bapak
Surono Siswoprawiro dari lahir hingga wafat?
2.
Bagaimana peranan Bapak
Surono Siswoprawiro bagi kehidupan anak-anaknya?
1.
Untuk menjelaskan bagaimana
sejarah Bapak Siswoprawiro dari lahir hingga wafat.
2.
Untuk menjelaskan peranan
Bapak Siswoprawiro sebagai orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Secara sederhana penelitian sejarah
dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu pemilihan topik, heuristic,
kritik, interpretasi, dan historiografi.
1. Pemilihan
Topik
Penulis
memilih topik yang berjudul sejarah perjalanan hidup Bapak Surono Siswoprawiro.
Karena penulis ingin menceritakan sejarah pejalanan hidup beliau dan peranannya
bagi anak dan cucunya. Hidupnya yang dimulai dari 1938 hingga tahun 2011 begitu
banyak kisahnya yang menarik dari perjalanan hidupnya. Alasan pemilihan judul
adalah kedekatan emosional. Sejak kelahiran penulis
hingga
beliau wafat, beliau senantiasa membimbing penulis.
Dari kecil hingga besar dan menuju proses kedewasaan penulis senantiasa dibina
oleh beliau dalam rumah. Segala kedekatan dan proses interaksi beliau selalu
ajarkan.
2. Heuristik
Penulis
menggunakan metode wawancara dengan salah satu anggota keluarga Bapak Surono
Siswoprawiro dan mengumpulkan data dari komunikasi lewat handphone untuk
mengumpulkan data yang penulis inginkan. Penulis mengumpulkan data dari
wawancara dan dari komunikasi handphone agar bisa dibandingkan dan dicari
perbedaannya. Penulis juga mendengarkan kehidupan Bapak Surono Siswoprawiro
dari anaknya.
3. Kritik/
Verifikasi
Penulis
mengumpulkan data dari wawancara dan dari komunikasi handphone agar bisa dibandingkan
secara kritik internal. Kritik eksternal dilakukan penulis terhadap data yang
telah terkumpulkan dalam bentuk dokumen yang difoto.
4. Interpretasi
Penulis membandingkan data melalui kritik internal
maupun eksternal sehingga data yang diperoleh akurat.
(1.) Historiografi
Pada
bab 1 penulis menjelaskan bagaimana cara mencari informasi dengan cara
mengumpulkan wawancara dan mengumpulkan data dari handphone yang dapat memperkuat
suatu peristiwa yang telah terjadi.
Sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana isi dari
perjalanan hidup Bapak Surono
Siswoprawiro dan peranan hidupnya bagi anak-anaknya.
Bapak Surono Siswoprawiro lahir di Ngawi pada 10 April 1938. Beliau adalah putra dari Bapak Sapari dan Ibu
Jirah. Keduanya adalah warga Desa Sidolaju, Kec. Widodaren, Kab. Ngawi. Bapak Surono Siswoprawiro adalah anak ke-2
dari 6 bersaudara. Bapak Siswoprawiro juga memiliki Bapak angkat bernama Bapak
Martotaruno.
Bapak Siswoprawiro menikah pada tahun 1959, dia
menikah dengan Ibu Sri Mukarti. Mereka dikaruniai 8 orang anak, 2 diantaranya
meninggal saat masih bayi, dan 1 orang meninggal pada usia 39 tahun.
Anaknya yang pertama
bernama Gatot Sunoto, yang sekarang memiliki tiga orang anak. Anak yang kedua
bernama Margo Waluyo yang sekarang memiliki anak dua. Anak ketiga bernama
Mandartoto yang almarhum ketika berusia satu hari. Anak keempat adalah Tutik
Handayani yang sekarang memiliki dua anak. Anak kelima adalah Heny Wahyuti yang
memiliki anak dua dan salah satunya adalah penulis, anak kelima juga sudah
almarhum 105 hari sebelum Bapak Siswoprawiro meninggal. Anak keenam adalah
Pangestu Widodo yang memiliki anak dua. Anak ketujuh adalah Erna Agustiani
Saptaningrum yang memiliki anak berjumlah dua. Dan yang terakhir bernama
Margono yang meninggal ketika berumur 19 hari.
Surono Siswoprawiro ialah asli seorang yang berasal
dari desa Padas, Kec. Padas. Kab. Ngawi.
Beliau dekat dengan Bapak Martotaruno sehingga dia diangkat menjadi anak dan
disekolahkan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) jurusan SD. Bapak Siswoprawiro
ini lulus SPG pada tahun 1978.
Bapak Siswoprawiro ini mengikuti ujian dinas dan lulus
dengan membawa Surat Tanda Lulus Ujian Dinas (STUD) pada tahun 1985. Kemudian
beliau mengabdi sebagai guru tingkat 3 SD di wilayah Paciran (Patjiran,
Kabupaten Lamongan) pada 7 Maret 1959. Tepatnya di SDN Kranji. Pindah tahun
1964 ke SDN Tungkulrejo kecamatan Padas, kabupaten Ngawi. Kemudian pindah ke
SDN Karangrejo yang sekarang menjadi SDN Karangbanyu.
Beliau berpindah tempat dinas ke SDN Sidolaju 1 dan
menjadi guru. Tahun 1978 Bapak Siswoprawiro menjadi Kepala Sekolah di SDN
Gembol 2 yang terletak di kecamatan Karanganyar, kabupaten Ngawi. Dan tahun
1984 pindah ke SDN Sidolaju 1 dengan jabatan kepala sekolah. Pensiun pada tahun
1998.
Bapak
Siswaprawiro terkenal sebagai guru yang baik bagi murid-muridnya di SDN
Sidolaju 1. Banyak muridnya yang menghormati dan tak jarang bertegur sapa.
Bapak Siswoprawiro ini dahulunya pecandu rokok ketika
masih menjadi guru. Namun dia berhasil mengatasi rasa kecanduan akan rokoknya.
Dan mampu berhenti total dari kegiatan merokok.
Kehidupan sehari-hari setelah beliau pensiun adalah
merawat penulis. Saat itu penulis sedang memasuki Taman Kanak-kanak (TK) tahun
1999. Kehidupannya sebagai guru telah usai hari-harinya setiap pagi diisi
dengan membaca koran dan mengisi Teka-Teki Silang (TTS) tiap hari minggu.
Setiap hari Bapak Siswoprawiro menulis diari tentang
kehidupannya yang dijalani pada hari tersebut dan isi diari juga membahas
keadaan cuaca. Setiap pagi hari, beliau selalu menyapu
halaman rumah yang cukup luas.
Rumah
diSidolaju menurut istri Bapak Siswoprawiro, Sri Mukarti, berukuran 8 * 14 meter.
Rumah ini dahulu dibagi menjadi empat bagian. Sekarang dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu : ruang depan atau ruang tamu, ruang keluarga, dan terakhir dapur dan
kamar mandi. Luas halaman belum dihitung.
Dalam menghidupi keluarganya, beliau pernah membuka warung
di pasar desa Sidolaju. Dengan bergantian anaknya yang pertama dan kedua menjaga warung.
Kehidupan ekonomi mendesak beliau untuk bekerja lain sebagai pekerjaan
sampingan. Lantaran modal yang tidak begitu besar,
warung dipasar akhirnya ditutup.
Kehidupan dengan saudara dari Istri
dahulu tidak begitu harmonis. Banyak pertentangan yang terjadi mulai misalnya
warisan. Misalnya adalah tanah rumah di Sidolaju yang terpotong oleh
sanak-saudara. Sehingga ukuran tanahnya diperkecil. Hal ini dikarenakan karena
pagar rumah tidak boleh diluruskan.
Setelah pertentangan di antar
keluarga, Bapak Siswoprawiro kemudian menjadi sesepuh didalam keluarga. Jika
terdapat acara keluarga besar, rumah beliau sering dipakai sebagai tempat
berkumpul. Misalnya arisan dan silaturahmi setelah hari raya.
Jika
Bapak Siswoprawiro sedang marah atau bertengkar dengan istri atau cucunya,
hanya seorang yang dapat menenangkan beliau, yaitu anak yang kedua Margo
Waluyo. Beberapa pertengkaran kadang hal yang kecil jarang terjadi pertengkaran
besar.
Pertengkaran
besar terjadi saat penulis berusia 7 tahun. Pada saat itu tahun 2002, terjadi
pertengkaran yang disebabkan oleh tingkah laku ayah penulis. Setelah itu tidak
pernah terjadi permasalahan yang menimbulkan pertengkaran besar.
Tanggal 24 Februari 2011 ketika ibu penulis wafat,
beliau merasa terpukul dan jatuh sakit. Beliau wafat pada tanggal 5 Juli 2011
di RSUD dr. Soeroto jam 6 pagi. Setelah dirawat selama 5 hari di RS. Ada sebuah
keganjilan ketika dicek semua organ dalam Bapak Siswoprawiro dicek yaitu
organnya dalam kondisi bagus.
Setelah
meninggal Bapak Siswoprawiro dinaik hajikan. Hal ini bisa dilakukan karena
sebelum meninggal Bapak Siswoprawiro sudah terdaftar sebagai calon haji.
Bapak Siswoprawiro berperan sebagai kepala rumah
tangga dalam keluarga. Bapak Siswoprawiro berperan penting dalam mendidik
anaknya.
Anaknya yang pertama, Gatot Sunoto, lulus SPG dan
menjadi guru SD di SDN Sidolaju 5. Menikah dengan Siti
Katminah (Guru SDN 1 Sidolaju, Ngawi) dan mempunyai 3 anak.
Anak kedua,
Margo Waluyo, lulusan SPK yang sekarang bekerja di RSUD dr. Soeroto Ngawi dan menjabat sebagai Kepala
Instalasi Gawat Darurat(IGD) RSUD dr. Soeroto Ngawi. Menikah
dengan Lilik (perawat di Puskesmas Pitu, Ngawi) dan dikaruniai dua anak.
Anak yang ketiga, Tutik Handayani, lulusan SPK juga
sekarang bekerja di Puskesmas Nganjuk. Menikah dengan
Didik Suhariyanto (Pegawai Pemkab Nganjuk). Dikaruniai dua anak perempuan.
Anak keempat,
Heny Wahyuti, bekerja sebagai guru bahasa Indonesia. Menikah
dengan Ikwan Kuncoro( Guru di Riau) dan dikaruniai dua anak yang pertama adalah
penulis.
Dan anak kelima ,Pangestu Widodo, bekerja di Klinik
Universitas Padjajaran dengan jabatan General Manager.
Menikah dengan Nurmalasari Awalliyah dan dikaruniai dua anak.
Anak yang terakhir, Erna Agustiani Saptaningrum,
bekerja sebagai guru di MAN Paron (Ngawi).
Menikah dengan Endi Maryono dan dikaruniai 2 orang anak.
Dalam keluarga,
anak yang meninggal saat bayi biasa tidak dihitung, namun ketika ada acara
tasyakuran nama mereka diikut sertakan dalam doa.
Dalam kehidupannya, Bapak Siswoprawiro, tak segan
untuk menjual rumahnya untuk menghidupi keluarganya. Beliau menjual rumah utama
untuk biaya kuliah anaknya yang sekolah kedokteran di Universitas Padjajaran.
Dalam menghidupi keluarganya, beliau pernah membuka
warung di pasar desa Sidolaju. Dengan gantian anaknya yang pertama dan kedua
menjaga warung.
Kehidupan ekonomi mendesak beliau untuk bekerja lain
sebagai pekerjaan sampingan.
Untuk cucu-cucunya, golongan pertama
yaitu kakak-kakak penulis, sudah lulus kuliah dan sudah bekerja, golongan kedua
dimana penulis masuk didalamnya adalah sedang kuliah atau akan kuliah. Golongan
keempat, termasuk adik kandung penulis yang sekarang masih bersekolah di SD
kelas 4 dan kelas 6. Dan golongan kelima masih bersekolah TK dan SD kelas 1.
Yang terakhir adalah golongan bayi. Jumlah cucunya adalah 13.
1.
Sejarah kehidupan Bapak Surono
Siswoprawiro dimulai dari ketika beliau lahir tahun 1938 dan berakhir ditahun 2011. Bapak Siswoprawiro berprofesi
sebagai guru atau kepala sekolah. Bapak Siswoprawiro menjadi tenaga pendidik
dimulai tahun 1959 dan pensiun pada tahun 1998.
Bapak
Siswoprawiro pernah mengajar di 5 sekolah dasar (SD). Dimulai dari SDN Kranji
di Paciran(Lamongan), kemudian pindah ke SDN Tungkulrejo di Padas(Ngawi), pindah ke SDN Karangrejo (Karangbanyu,
Ngawi). Diangkat sebagai kepala sekolah di SDN Gembol 2 ditahun 1978. Dan purna
tugas sebagai guru di tahun 1998 di SDN Sidolaju 1(Ngawi) dengan jabatan
terakhir kepala sekolah.
Bapak Siswoprawiro meninggal pada 5
Juni 2011 di RSUD dr. Soeroto Ngawi pada usia 73 tahun. Setelah meninggal
beliau mendapatkan tambahan gelar haji karena sebelum meninggal beliau sudah
terdaftar sebagai calon haji.
2.
Peran
Bapak Siswoprawiro bagi anaknya adalah sebagai orang tua. Sebagai pemimpin
rumah tangga. Bapak Siswoprawiro berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya
hingga dewasa kini, demikian pula bagi cucu-cucunya.
Bapak
Siswoprawiro sebagai pemimpin keluarga juga bertindak adil bagi anak-anaknya.
Tidak membedakan satu sama lain.
1. Keluarga adalah tempat paling penting. Dalam keluarga
kita bisa mendapat pendidikan yang berguna dalam kehidupan masyarakat.
2. Tidak boleh membenci antar keluarga.
3. Jangan menyamakan keluarga satu dengan keluarga lain.
Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu
Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lampiran
Gambar KTP.
1. Lampiran Akta Kelahiran yang benar terbukti kalau Bapak
Siswoprawiro lahir di Ngawi pada 10 April 1938.
2. Lampiran Gambar Rapor Sekolah Rakyat
3. Lampiran Gambar Surat Tanda Belajar
Sekolah Pendidikan Guru (SPG)
4. Lampiran Gambar Surat Pengangkatan Di
Paciran, Lamongan.
5.
Lampiran
SK di SDN Sidolaju 1
6. Lampiran Piagam saat menjabat sebagai
Kepala Sekolah
7.
Lampiran
Sebagai Kepala Sekolah di SDN Gembol 2
8.
Lampiran
sebagai Kepala Sekolah SDN Sidolaju 1
9. Lampiran Gaji pada tahun 1991
Beberapa dokumen tidak bisa didapatkan
penulis karena disimpan ditempat berbeda oleh anaknya.
Gambar Keluarga Bapak Siswoprawiro, anak, mantu ,dan cucu. Gambar bawah
merupakan cucu-cucu Bapak Siswoprawiro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar