Pencarian

Sabtu, 24 Januari 2015

SEJARAH KELUARGA "SURONO SISWOPRAWIRO"



SEJARAH KELUARGA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
PENGANTAR ILMU SEJARAH
Yang di bina oleh Bu Indah W.P.U ,S.Pd.,S.Hum.,M.Pd.



oleh :
GALIH YOGA WAHYU KUNCORO
130731615690





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
 PENDIDIKAN SEJARAH
Desember 2013








Keluarga adalah sebuah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan satu sama lain. Yang saling bekerja sama dalam satu hal dalam suatu kegiatan seperti halnya melakukan pekerjaan rumah yang terbagi-bagi dan selalu bekerja sama. Arti keluarga bagi penulis adalah segala-galanya yang tidak tergantikan dengan apapun, karena keluarga tempat kita untuk menyampaikan keluh kisah dalam keseharian melakukan kegiatan. Keluarga adalah orang pertama kita dalam membantu kesusahan masalah kita, disaat kita susah dan duka selalu ada untuk kita dan tidak pernah mengeluh menghadapi kita semua.
Keluarga mempunyai banyak fungsi yang tidak kita sadari itu. Antara lain keluarga berfungsi sebagai pendidik yang artinya keluarga mendidik kita dalam hal perilaku, tata auturan, kelakuan, cara bersosialisasi, dan dalam hal apapun. Fungsi kedua adalah sosialisator, mengajarkan kita cara bergaul dan cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitar keluarga agar kita tidak terjerumus dalam hal negatif. Yang ketiga keluarga berfungsi sebagai pendidik moral dan akidah dalam beragama, mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa. Terakhir keluarga adalah tempat dimana kita dibesarkan dalam kehidupan masyarakat yang berlandaskan ekonomi yang digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari.
Kenyataannya beberapa orang melupakan peranan penting dari fungsi tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari peran keluarga yang penting kadang terlupakan. Karena itu penulis mengambil salah satu dari keluarga yang berperan dalam kehidupan penulis, beliau adalah almarhumah Bapak penulis yaitu Surono Siswoprawiro yang membimbing penulis dari kecil.
Alasan pengambilan judul adalah kedekatan emosional. Sejak kelahiran penulis hingga beliau wafat, beliau senantiasa membimbing penulis. Dari kecil hingga besar dan menuju proses kedewasaan penulis senantiasa dibina oleh beliau dalam rumah. Segala kedekatan dan proses interaksi beliau selalu ajarkan.
Mengingat jasa beliau yang besar terhadap penulis dalam proses membimbing dan membina penulis. Penulis tergerak untuk membuat sejarah hidup beliau yang kelak berguna bagi anak dan cucunya dalam mengenang beliau.

1.      Bagaimana sejarah Bapak Surono Siswoprawiro dari lahir hingga wafat?
2.      Bagaimana peranan Bapak Surono Siswoprawiro bagi kehidupan anak-anaknya?

1.      Untuk menjelaskan bagaimana sejarah Bapak Siswoprawiro dari lahir hingga wafat.
2.      Untuk menjelaskan peranan Bapak Siswoprawiro sebagai orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Secara sederhana penelitian sejarah dapat dijelaskan dalam beberapa langkah, yaitu pemilihan topik, heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi.

1.      Pemilihan Topik
Penulis memilih topik yang berjudul sejarah perjalanan hidup Bapak Surono Siswoprawiro. Karena penulis ingin menceritakan sejarah pejalanan hidup beliau dan peranannya bagi anak dan cucunya. Hidupnya yang dimulai dari 1938 hingga tahun 2011 begitu banyak kisahnya yang menarik dari perjalanan hidupnya. Alasan pemilihan judul adalah kedekatan emosional. Sejak kelahiran penulis hingga beliau wafat, beliau senantiasa membimbing penulis. Dari kecil hingga besar dan menuju proses kedewasaan penulis senantiasa dibina oleh beliau dalam rumah. Segala kedekatan dan proses interaksi beliau selalu ajarkan.

2.      Heuristik
Penulis menggunakan metode wawancara dengan salah satu anggota keluarga Bapak Surono Siswoprawiro dan mengumpulkan data dari komunikasi lewat handphone untuk mengumpulkan data yang penulis inginkan. Penulis mengumpulkan data dari wawancara dan dari komunikasi handphone agar bisa dibandingkan dan dicari perbedaannya. Penulis juga mendengarkan kehidupan Bapak Surono Siswoprawiro dari anaknya.

3.      Kritik/ Verifikasi
Penulis mengumpulkan data dari wawancara dan dari komunikasi handphone agar bisa dibandingkan secara kritik internal. Kritik eksternal dilakukan penulis terhadap data yang telah terkumpulkan dalam bentuk dokumen yang difoto.

4.      Interpretasi
Penulis membandingkan data melalui kritik internal maupun eksternal sehingga data yang diperoleh akurat.
(1.) Historiografi
Pada bab 1 penulis menjelaskan bagaimana cara mencari informasi dengan cara mengumpulkan wawancara dan mengumpulkan data dari handphone yang dapat memperkuat suatu peristiwa yang telah terjadi. Sedangkan bab 2 menjelaskan bagaimana isi dari perjalanan hidup Bapak Surono Siswoprawiro dan peranan hidupnya bagi anak-anaknya.




Bapak Surono Siswoprawiro lahir di Ngawi pada 10 April 1938. Beliau adalah putra dari Bapak Sapari dan Ibu Jirah. Keduanya adalah warga Desa Sidolaju, Kec. Widodaren, Kab. Ngawi.  Bapak Surono Siswoprawiro adalah anak ke-2 dari 6 bersaudara. Bapak Siswoprawiro juga memiliki Bapak angkat bernama Bapak Martotaruno.
Bapak Siswoprawiro menikah pada tahun 1959, dia menikah dengan Ibu Sri Mukarti. Mereka dikaruniai 8 orang anak, 2 diantaranya meninggal saat masih bayi, dan 1 orang meninggal pada usia 39 tahun.
Anaknya yang pertama bernama Gatot Sunoto, yang sekarang memiliki tiga orang anak. Anak yang kedua bernama Margo Waluyo yang sekarang memiliki anak dua. Anak ketiga bernama Mandartoto yang almarhum ketika berusia satu hari. Anak keempat adalah Tutik Handayani yang sekarang memiliki dua anak. Anak kelima adalah Heny Wahyuti yang memiliki anak dua dan salah satunya adalah penulis, anak kelima juga sudah almarhum 105 hari sebelum Bapak Siswoprawiro meninggal. Anak keenam adalah Pangestu Widodo yang memiliki anak dua. Anak ketujuh adalah Erna Agustiani Saptaningrum yang memiliki anak berjumlah dua. Dan yang terakhir bernama Margono yang meninggal ketika berumur 19 hari.
Surono Siswoprawiro ialah asli seorang yang berasal dari desa Padas, Kec. Padas. Kab.  Ngawi. Beliau dekat dengan Bapak Martotaruno sehingga dia diangkat menjadi anak dan disekolahkan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) jurusan SD. Bapak Siswoprawiro ini lulus SPG pada tahun 1978.
Bapak Siswoprawiro ini mengikuti ujian dinas dan lulus dengan membawa Surat Tanda Lulus Ujian Dinas (STUD) pada tahun 1985. Kemudian beliau mengabdi sebagai guru tingkat 3 SD di wilayah Paciran (Patjiran, Kabupaten Lamongan) pada 7 Maret 1959. Tepatnya di SDN Kranji. Pindah tahun 1964 ke SDN Tungkulrejo kecamatan Padas, kabupaten Ngawi. Kemudian pindah ke SDN Karangrejo yang sekarang menjadi SDN Karangbanyu.
Beliau berpindah tempat dinas ke SDN Sidolaju 1 dan menjadi guru. Tahun 1978 Bapak Siswoprawiro menjadi Kepala Sekolah di SDN Gembol 2 yang terletak di kecamatan Karanganyar, kabupaten Ngawi. Dan tahun 1984 pindah ke SDN Sidolaju 1 dengan jabatan kepala sekolah. Pensiun pada tahun 1998.
Bapak Siswaprawiro terkenal sebagai guru yang baik bagi murid-muridnya di SDN Sidolaju 1. Banyak muridnya yang menghormati dan tak jarang bertegur sapa.
Bapak Siswoprawiro ini dahulunya pecandu rokok ketika masih menjadi guru. Namun dia berhasil mengatasi rasa kecanduan akan rokoknya. Dan mampu berhenti total dari kegiatan merokok.
Kehidupan sehari-hari setelah beliau pensiun adalah merawat penulis. Saat itu penulis sedang memasuki Taman Kanak-kanak (TK) tahun 1999. Kehidupannya sebagai guru telah usai hari-harinya setiap pagi diisi dengan membaca koran dan mengisi Teka-Teki Silang (TTS) tiap hari minggu.
Setiap hari Bapak Siswoprawiro menulis diari tentang kehidupannya yang dijalani pada hari tersebut dan isi diari juga membahas keadaan cuaca. Setiap pagi hari, beliau selalu menyapu halaman rumah yang cukup luas. 
Rumah diSidolaju menurut istri Bapak Siswoprawiro, Sri Mukarti, berukuran 8 * 14 meter. Rumah ini dahulu dibagi menjadi empat bagian. Sekarang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : ruang depan atau ruang tamu, ruang keluarga, dan terakhir dapur dan kamar mandi. Luas halaman belum dihitung.
Dalam menghidupi keluarganya, beliau pernah membuka warung di pasar desa Sidolaju. Dengan bergantian anaknya yang pertama dan kedua menjaga warung. Kehidupan ekonomi mendesak beliau untuk bekerja lain sebagai pekerjaan sampingan. Lantaran modal yang tidak begitu besar, warung dipasar akhirnya ditutup.
            Kehidupan dengan saudara dari Istri dahulu tidak begitu harmonis. Banyak pertentangan yang terjadi mulai misalnya warisan. Misalnya adalah tanah rumah di Sidolaju yang terpotong oleh sanak-saudara. Sehingga ukuran tanahnya diperkecil. Hal ini dikarenakan karena pagar rumah tidak boleh diluruskan.
            Setelah pertentangan di antar keluarga, Bapak Siswoprawiro kemudian menjadi sesepuh didalam keluarga. Jika terdapat acara keluarga besar, rumah beliau sering dipakai sebagai tempat berkumpul. Misalnya arisan dan silaturahmi setelah hari raya.
Jika Bapak Siswoprawiro sedang marah atau bertengkar dengan istri atau cucunya, hanya seorang yang dapat menenangkan beliau, yaitu anak yang kedua Margo Waluyo. Beberapa pertengkaran kadang hal yang kecil jarang terjadi pertengkaran besar.
Pertengkaran besar terjadi saat penulis berusia 7 tahun. Pada saat itu tahun 2002, terjadi pertengkaran yang disebabkan oleh tingkah laku ayah penulis. Setelah itu tidak pernah terjadi permasalahan yang menimbulkan pertengkaran besar.
Tanggal 24 Februari 2011 ketika ibu penulis wafat, beliau merasa terpukul dan jatuh sakit. Beliau wafat pada tanggal 5 Juli 2011 di RSUD dr. Soeroto jam 6 pagi. Setelah dirawat selama 5 hari di RS. Ada sebuah keganjilan ketika dicek semua organ dalam Bapak Siswoprawiro dicek yaitu organnya dalam kondisi bagus.
Setelah meninggal Bapak Siswoprawiro dinaik hajikan. Hal ini bisa dilakukan karena sebelum meninggal Bapak Siswoprawiro sudah terdaftar sebagai calon haji.
Bapak Siswoprawiro berperan sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga. Bapak Siswoprawiro berperan penting dalam mendidik anaknya.
Anaknya yang pertama, Gatot Sunoto, lulus SPG dan menjadi guru SD di SDN Sidolaju 5. Menikah dengan Siti Katminah (Guru SDN 1 Sidolaju, Ngawi) dan mempunyai 3 anak.
 Anak kedua, Margo Waluyo, lulusan SPK yang sekarang bekerja di RSUD dr. Soeroto Ngawi dan menjabat sebagai Kepala Instalasi Gawat Darurat(IGD) RSUD dr. Soeroto Ngawi. Menikah dengan Lilik (perawat di Puskesmas Pitu, Ngawi) dan dikaruniai dua anak.
Anak yang ketiga, Tutik Handayani, lulusan SPK juga sekarang bekerja di Puskesmas Nganjuk. Menikah dengan Didik Suhariyanto (Pegawai Pemkab Nganjuk). Dikaruniai dua anak perempuan.
 Anak keempat, Heny Wahyuti, bekerja sebagai guru bahasa Indonesia. Menikah dengan Ikwan Kuncoro( Guru di Riau) dan dikaruniai dua anak yang pertama adalah penulis.
Dan anak kelima ,Pangestu Widodo, bekerja di Klinik Universitas Padjajaran dengan jabatan General Manager. Menikah dengan Nurmalasari Awalliyah dan dikaruniai dua anak.
Anak yang terakhir, Erna Agustiani Saptaningrum, bekerja sebagai guru di MAN Paron (Ngawi). Menikah dengan Endi Maryono dan dikaruniai 2 orang anak.
 Dalam keluarga, anak yang meninggal saat bayi biasa tidak dihitung, namun ketika ada acara tasyakuran nama mereka diikut sertakan dalam doa.
Dalam kehidupannya, Bapak Siswoprawiro, tak segan untuk menjual rumahnya untuk menghidupi keluarganya. Beliau menjual rumah utama untuk biaya kuliah anaknya yang sekolah kedokteran di Universitas Padjajaran.
Dalam menghidupi keluarganya, beliau pernah membuka warung di pasar desa Sidolaju. Dengan gantian anaknya yang pertama dan kedua menjaga warung.
Kehidupan ekonomi mendesak beliau untuk bekerja lain sebagai pekerjaan sampingan.
            Untuk cucu-cucunya, golongan pertama yaitu kakak-kakak penulis, sudah lulus kuliah dan sudah bekerja, golongan kedua dimana penulis masuk didalamnya adalah sedang kuliah atau akan kuliah. Golongan keempat, termasuk adik kandung penulis yang sekarang masih bersekolah di SD kelas 4 dan kelas 6. Dan golongan kelima masih bersekolah TK dan SD kelas 1. Yang terakhir adalah golongan bayi. Jumlah cucunya adalah 13.
           





1.                  Sejarah kehidupan Bapak Surono Siswoprawiro dimulai dari ketika beliau lahir tahun 1938 dan berakhir ditahun 2011. Bapak Siswoprawiro berprofesi sebagai guru atau kepala sekolah. Bapak Siswoprawiro menjadi tenaga pendidik dimulai tahun 1959 dan pensiun pada tahun 1998.
Bapak Siswoprawiro pernah mengajar di 5 sekolah dasar (SD). Dimulai dari SDN Kranji di Paciran(Lamongan), kemudian pindah ke SDN Tungkulrejo di Padas(Ngawi), pindah ke SDN Karangrejo (Karangbanyu, Ngawi). Diangkat sebagai kepala sekolah di SDN Gembol 2 ditahun 1978. Dan purna tugas sebagai guru di tahun 1998 di SDN Sidolaju 1(Ngawi) dengan jabatan terakhir kepala sekolah.
            Bapak Siswoprawiro meninggal pada 5 Juni 2011 di RSUD dr. Soeroto Ngawi pada usia 73 tahun. Setelah meninggal beliau mendapatkan tambahan gelar haji karena sebelum meninggal beliau sudah terdaftar sebagai calon haji.

2.                  Peran Bapak Siswoprawiro bagi anaknya adalah sebagai orang tua. Sebagai pemimpin rumah tangga. Bapak Siswoprawiro berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya hingga dewasa kini, demikian pula bagi cucu-cucunya.
Bapak Siswoprawiro sebagai pemimpin keluarga juga bertindak adil bagi anak-anaknya. Tidak membedakan satu sama lain.
1.      Keluarga adalah tempat paling penting. Dalam keluarga kita bisa mendapat pendidikan yang berguna dalam kehidupan masyarakat.
2.      Tidak boleh membenci antar keluarga.
3.      Jangan menyamakan keluarga satu dengan keluarga lain.



Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.



Lampiran Gambar KTP.
1.      Lampiran Akta Kelahiran yang benar terbukti kalau Bapak Siswoprawiro lahir di Ngawi pada 10 April 1938.

2.       Lampiran Gambar Rapor Sekolah Rakyat
3.       Lampiran Gambar Surat Tanda Belajar Sekolah Pendidikan Guru (SPG)
4.       Lampiran Gambar Surat Pengangkatan Di Paciran, Lamongan.
5.       Lampiran SK di SDN Sidolaju 1
6.       Lampiran Piagam saat menjabat sebagai Kepala Sekolah
7.       Lampiran Sebagai Kepala Sekolah di SDN Gembol 2
8.       Lampiran sebagai Kepala Sekolah SDN Sidolaju 1
9.       Lampiran Gaji pada tahun 1991
Beberapa dokumen tidak bisa didapatkan penulis karena disimpan ditempat berbeda oleh anaknya.
 
Gambar Keluarga Bapak Siswoprawiro, anak, mantu ,dan cucu. Gambar bawah merupakan cucu-cucu Bapak Siswoprawiro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar