Tema :
Cara Berpikir Dialektis dalam Penelitian Ilmiah
Nama :
Galih Yoga Wahyu Kuncoro
NIM :
130731615690
Universitas :
Universitas Negeri Malang
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Angkatan : 2013
Pengertian dialektika
Dialektika
adalah Ilmu Pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang mengatur
perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Sedangkan metode dialektis berarti investigasi dan
interaksi dengan alam, masyarakat dan pemikiran.
Pengertian dialektika menurut
Aristoteles dalam buku Cecep Sumarna (2006:132) adalah “Menyelidiki
argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesa atau putusan yang
tidak pasti kebenarannya” Cecep Sumarna (2006 : 132).
Pada dasarnya menurut K. Bertens
(1989:137-138) logika dimaknai sebagai seni berdebat dan muncul pada era Zeno
da Citium. (Cecep Sumarna, 2006: 131). Logika pada masa Aritoteles belum
dikenal namun, logika pada masa ini sering disebut dengan analitik dan istilah lainnya adalah dialektika.
Dialektik adalah “ theori and
practice of weighing and reconciling jucta posedoe contratoctory argument for
the purpose of arriving at truth, espescially throught discussion and
debate”... Aristotelenism adalah “ method of arguing with probability on any
given problems as an art intermediate between rhetoric and strict demonstration”.
(Webster, 1993:1993 dalam Joko Suwarno.)
Metode dialektika – dialog dari
Socrates merupakan metode atau cara memahami suatu dengan melakukan dialog.
Dialog berarti komunikasi dua arah, ada seseorang berbicara dan ada seseorang
lain yang mendengarkan. Dalam pembicaraan yang terus menerus dan mendalam
diharapkan orang dapat menyelesaikan probelem yang ada. Ada proses pemikiran seseorang yang mengalami
perkembangan karena mempertemukan ide yang satu dengan ide yang lain antara
orang yang berdialog. Tujuannya mengembangkan cara berargumentasi agar posisi
yang bersifat dua arah dapat diketahui dan diharapkan satu sama lain.
Metode dialektika menurut Hegel
adalah suatu metode atau cara memahami dan memecahkan persoalan atau problem
berdasarkan tiga elemen yaitu tesa, antitesa dan sintesa. Tesa adalah suatu persoalan atau problem tertentu, sedangkan antitesa adalah suatu reaksi, tanggapan,
ataupun komentar kritis terhadap tesa (argumen dari tesa). Dari dua elemen
tersebut diharapkan akan muncul sintesa,
yaitu suatu kesimpulan. Metode ini bertujuan untuk mengembangkan proses
berfikir yang dinamis dan memecahkan persoalan yang muncul karena adanya
argumen yang kontradiktif atau berhadapan sehingga dicapai kesepakatan yang
rasional (Irmayanti, M Budianto, 2002:14 dalam Joko Suwarno).
Dialektika
tumbuh dari logika formal di dalam perkembangan sejarah. Logika formal adalah
sistem pengetahuan ilmiah besar pertama dari proses pemikiran. Adalah puncak karya filosofis dari
Yunani Kuno, mahkota kejayaan pemikiran bangsa Yunani. Pemikir- pemikir Yunani
awal membuat banyak penemuan penting tentang alam dari proses berpikir dan
hasil-hasilnya. Pesintesa pemikiran Yunani, Aristoteles,
mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengkritik, mensistematiskan hasil-hasil
positif dari pemikiran tentang pikiran, dan lalu menciptakan logika formal.
Euclides melakukan hal yang sama untuk geometri dasar. Archimedes untuk mekanik
dasar. Ptolomeus dari Alexandria kemudian untuk astronomi dan geografi.
Untuk mendapat pengetahuan yang
dikemukakan benar atau logis ada tiga faktor yang diperhatikan yaitu memiliki
pengetahuan (menguasai masalah), mengambil keputusan (menyampaikan pikiran
dengan lancar), memberi pembuktian (argumentasi atas pendapat). Ketiga faktor
diatas merupakan bagian dari filsafat yang disebut logika formal atau berpikir
logik. Logika formal disebut juga logika minor atau dialektika.
Dialektika
materialisme
Dialektika dimulai dengan
materialisme, oleh karenanya, sangat tidak mungkin untuk mengerti dialektika
tanpa mengerti dulu pandangan materialis. Dan tidak mungkin untuk mengerti cara
berfungsi suatu materi tanpa mengerti dialektika. Dan tanpa dialektika,
materialisme tidak dapat menerangkan dunia realis yang tidak idealis.
Dialektika menjelaskan alam suatu
materi (benda). Khususnya mempelajari fenomena akan 'pergerakan' dan 'interelasi'
mereka, bukannya keterasingan dan kestatisannya. 'Pergerakan' dan 'interrelasi'
(saling berhubungan) adalah dua prinsip paling general dari dialektika.
Konsep 'interelasi' adalah prinsip
paling umum untuk menerangkan tentang perkembangan dan fungsi suatu materi.
Bahwa sifat saling bergantungan adalah bentuk universal dari semua kenyataan.
Semua yang nampak di dunia ini merupakan rangkaian dari satu materi. Misalnya,
perbedaan fenomena alam atau sosial, saling bergantung dengan perbedaan alam
atau masyarakatnya.
Baru
pada abad 19, seorang filsuf Jerman, Hegel, Berhasil menemukan semua hukum
dasar dialektika, dengan studinya tentang Logika. Dan dipakainya untuk menyerang metode Metafisik dan kaum borjuis dan feodal.
Metafisik dapat digunakan sebagai studi atau
pemikiran tentang sifat tertinggi atau terdalam (ultimate nature) dari keadaan atau kenyataan yang tampak nyata dan
variatif. Melalui pengkajian dan penghayatan terhadap metafisika, manusia akan
dituntun pada jalan dan penumbuhan moralitas hidup. Oleh karena itu tidak salah
jika K. Bertens (1975:154) menyebut metafisika
sebagai kebijaksanaan (Sophia)
tertinggi (Cecep Sumarna, 2006:64-65).
Yaitu tentang perubahan hukum kwantitatif menjadi kwalitatif, hukum kontradiksi sebagai motif prinsip untuk semua
perkembangan dan hukum spiral, yang menangkap semua arah maju dari proses
sejarah dunia. Menurut Engels, tentang penemuan Hegel:
“untuk pertama kali di seluruh dunia, alam, sejarah, intelektual, dinyatakan
sebagai proses, misalnya, seperti dalam gerakan, perubahan, transformasi,
perkembangan yang konstan dan kecenderungan untuk dibuat untuk menemukan
hubungan internal yang membentuk keseluruhan gerakan dan perkembangan yang
berkesinambungan.” (Engels, anti-Duhring, p. 37-38) sebenarnya Hegel seorang Idealis, dan tidak pernah mengungkapkan ini
secara eksplisit. Dia percaya bahwa dasar pergerakan dan interelasi adalah
konsep pikiran (mind), yang pada
akhirnya menjadi gerakan perkembangan alam dan masyarakat. Tapi ide ini justru
akhirnya bertentangan dengan pandangan idealis. Yang pada akhirnya, dipakai
oleh Marx dan Engels untuk membangun dasar metode dialektika dan fondasi
materialis.
Marx dan Engels mampu mengkritik Metode
dialektis Hegel. Mereka menunjukkan bahwa hukum dialektik pertama-tama
beroperasi dalam alam, termasuk masyarakat, lalu kemudian pikiran manusia
sebagai refleksi akan realitas material. Engels
menyimpulkan : "Tidak akan ada pertanyaan lagi tentang pembangunan
hukum-hukum dialektik kedalam alam (seperti yang dilakukan Hegel), tapi adalah
penemuan mereka didalam alam dan keterlibatan mereka dari alam". Maka metode dialektis dari Marx dan Engels
disebut Dialektis 'Materialis'.
Marx berpendapat bahwa dialektika
merujuk pada pertentangan, kontadiksi, anagonism, atau konflik antara tesis
dengan antitesis yang kemudian melahirkan sintesis. Pandangan Karl Marx hampir
sama dengan Hegel, perbedaannya bahwa proses dialektis itu terjadi bukan di
dunia gagasan atau ide melainkan di dunia material.
Ciri Dialektika Material
Perubahan Kuantitatif Ke
Perubahan Kualitatif
Hukum
umum Dialektika yang kedua ini menyatakan, bahwa proses perkembangan dunia
material atau dunia kenyataan objektip terdiri dari dua tahap. Tahap pertama
adalah perubahan kuantitatif yang berlangsung secara perlahan, berangsur atau
evolusioner. Kemudian meningkat ketahap kedua, yaitu perubahan kualitatif yang
berlangsung dengan cepat, mendadak dalam bentuk lompatan dari satu keadaan ke
keadaan lain, atau revolusioner. Perubahan kuantitatif dan perubahan kualitatif
merupakan dua macam bentuk dasar dari segala perubahan. Segala perubahan yang
terjadi dalam dunia kenyataan objektif itu kalau bukan dalam bentuk perubahan
kuantitatif, maka dalam bentuk kualitatif.
Materialisme Dialektika
Berbarengan
dengan cara pandang materialis dan pengetahuan ilmiah bergerak maju dan menjadi
penting pada waktu kebangkitan kapitalisme (abad 17 dan 18). Materialisme
mengambil bentuk Materialisme mekanis. Yakni bahwa alam dan masyarakat dilihat
sebagai sebuah mesin raksasa dimana bagian-bagiannya bekerja secara mekanis.
Pandangan ini memudahkan orang memahami bagian-bagian dari suatu hal dan
bagaimana mereka bekerja, tetapi hal ini tidak mampu menjelaskan asal-usul
perkembangan suatu hal.
Kegunaan dialektika
Plato terkesan sangat idealistik dan
meyakini sejatinya esksistensi berada diluar aspek fisik. Sementara bagi
muridnya, Aristoteles sejatinya eksistensi itu melekat pada sesuatu yang fisik.
Bagi Plato kebenaran yang ditangkap oleh pancaindera dan dibenarkan secara
rasional oleh rasio, tidak lebih dari jarak sebuah bayang-bayang yang bukan
saja memiliki nilai jarak dengan sejatinya kebenaran, tetapi bahkan bukan
kebenaran itu sendiri. (Cecep Sumarna, 2006:11-12)
Dialektika antara Plato dan
Aristoteles, penting untuk disebut sebagai pendorong lahirnya ilmu di Yunani,
sebab melalui dialektika ini, ilmu bukan saja menjadi lebih dinamis, tetapi
juga dari setiap wacana dialektik, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baru.
Sifat ini pula dalam perkembangannya akan melahirkan wacana keilmuan. Tinggi
rendahnya dialektika keilmuan dalam suatu negara, akan berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya kemungkinan suatu negara yang dimaksud dalam melahirkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. (Cecep Sumarna 2006:12)
“Georg Wilhelm
Friederich Hegel menggunakan metode dialektis yang berupaya memahami realitas
dengan mengikuti gerakan pikiran atau konsep asal berpangkal pada pemikiran
yang benar sehingga pemahaman akan dibawa oleh dinamika pikiran itu sendiri”
(Hakim, A.A. & Saebani, B.A. 2008: 38)
Pemikiran Hegel yang senantiasa
berdialektika terhadap realitas dan memandang adanya realitas mutlak atau roh
mutlak atau idealisme mutlak dalam kehidupan, sangat mempengaruhi dalam
memandang sejarah secara global. Hal itu terbukti saat dialektikanya mampu
memasukkan pertentangan di dalam sejarah.
Pada dasarnya dialektika digunakan
untuk mencari kebenaran dalam teori Socrates maupun Aristoteles. Namun dalam perkembangannya
dialektika digunakan oleh Hegel untuk menentang ajaran metafisika. Ajaran Hegel
kemudian ditentang oleh Marx dan melahirkan dialektika materialisme.
Pentingnya dialektika
Dialektika digunakan untuk mencari kebenaran
melalui diskusi atau tanya jawab. Dialektika berguna sebagai pemerdalam dalam
memahami masalah dan dalam pemecahan masalah.
Dialektika
menghasilkan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan penambahan-penambahan dialog.
Dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dari yang belum mengerti menjadi mengerti.
Daftar Rujukan
Aji.2009. Metode Berpikir Dialektik ,(Online), (http://ajichrw.wordpress.com/2009/07/18/metode-berpikir-dialektik/) diakses 28
Agustus 2014 pukul 06.20.
Bahtiar
Ali .2013. Kebaikan, Kebenaran, dan Nilai Manfaat Dalam
Rumus Dialektika Socrates, (Online),(http://filsafat.kompasiana.com/2013/03/04/kebaikan-kebenaran-nilai-mamfaat-dalam-rumus-dialektika-socrates-534176.html#) diakses 3
September 2014 pukul 17.14.
Cecep
Sumarna. 2006. Filsafat Ilmu.
Joko Suwarno. 2012. Pengantar Filsafat Ilmu (online), (http://blogjokosuwarsono.blogspot.com/2012/09/pengantar-filsafat-ilmu.html)
diakses 28 Agustus
2014 pukul 06.22
Badrun. 2013. Dialektika dan Metode Dialektik, (Online), (http://badrun08arhun.blogspot.com/2013/08/dialektika-dan-metode-dialektis_28.html) diakses 28-07-2014pukul 06.23.
Logika
dialektis. http://sejarahpedia.blogspot.com/2009/08/logika-dialektis-1.html 28-07-2014 pukul 06.24.
Makasih kak, sangat membantu :))
BalasHapusI miss this material while I was in campus
BalasHapusb
BalasHapusThank you
BalasHapusPandangan dialektika tidak membatasi arti isolasi. Dia mengakui prinsip universal dari interkoneksi (saling berhubungan) dan interelasi, dan menempatkan konsep isolasi di dalam dialektika judi online
BalasHapus