Pencarian

Sabtu, 24 Januari 2015

SEJARAH INDONESIA KUNO "GALUH"



KERAJAAN YANG BERPUSAT DI GALUH

            Galuh berkali-kali disebut dalam Cerita Parahyangan. Dimulai dari awal Carita Parahyangan yang menyebutkan nama Sanjaya yang disebut dalam prasasti Canggal (732 M) yang berasal dari halaman percandian Gunung Wukir, Kecamatan Salam, Magelang. Dalam prasasti ini Sanjaya dikatakan telah menggantikan raja sebelumnya yang bernama Sanna. Ia mempunyai hubungan darah dengan Sanna karena ia adalah anak Sannaha, saudara Sanna.
            Carita Parahyangan menghubungkan Sanjaya dengan pusat kerajaan Galuh, karena disitu Sena berkuasa di Galuh. Pada suatu waktu terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan Rahyang Purbarosa, saudara seibu raja Sena. Sena dibuang ke Gunung Merapi (bukit Merapi di Kuningan, Jawa Barat) bersama keluarganya, setelah dewasa Sanjaya mencari perlindungan kepada saudara tua ayahnya yang berdiam di Denuh. Akhirnya, Sanjaya berhasil mengalahkan Rahyang Purbarosa, sehingga berhasil mengangkat dirinya menjadi raja.
            Selain pusat kerajaan Galuh yang diperintah Sena di Jawa Barat terdapat kerajaan lain. Misalnya kerajaan Kuningan yang diperintah oleh Sang Seuweukarma, dan kerajaan Sunda yang disegani oleh Sanjaya. Sanjaya adalah menantu kerajaan Sunda yang bergelar Tohaan (Yang Dipertuan) di Sunda yaitu Tarusbawa.
            Berdasarkan berita-berita yang diperoleh, dapat diduga agama yang dianut Sanjaya adalah Hindu yang bermazhab Siwa. Dinyatakan dalam prasasti Canggal yang memuja dewa Siwa lebih banyak dibandingkan Trimurti yang lain. Sifat agama ini tidak bertentangan dengan cerita Parahyangan yang menyebutkan bahwa pemujaan yang umum dilakukan oleh raja Galuh adalah sewabakti ring batara upati. Upati  diduga merupakan rusakan dari bahasa Sanskerta utpati atau utpata, yaitu nama lain dari Yama, dewa pencabut nyawa (Menurut dongeng Bali, Yama memiliki sifat yang sama dengan Siwa maupun Kala, dan pemujaan untuk dewa tersebut tidak jauh berbeda).
            Perkembangan agama Buddha juga diketahui. Disini berkaitan dengan cerita Parahyangan yang mengatakan bahwa Sanjaya memberi nasehat kepada Rahyang Tamperan, anaknya : … haywa dek nurutan agama aing, aing mretakuna urang reya…,janganlah mengikuti agamaku, karena dengan itu aku ditakuti orang banyak.
            Dalam Carita Parahyangan, dijelaskan bahwa Sanjaya pergi berperang ke daerah lain agar wilayahnya luas dan daerah lain tunduk kepadanya. Daerah atau raja kecil yang berhasil dikalahkannya antara lain Mananggul, Kahuripan, Kadul, Balitar, Malayu, Kemir, Barus, dan Cina. Sehabis memerangi daerah-daerah tersebut, Sanjaya kembali ke Galuh.
            Pada waktu bersamaan, di Saunggalah(Kuningan) diperintah oleh Sang Seuweukarna yang masih saudara Sanjaya. Dalam cerita Parahyangan, Sang Seuweukarma ini juga menaklukan daerah yang diakui telah ditaklukan oleh Sanjaya sendiri.
            Keadaan ini tidak memuaskan Sanjaya, sehingga ia mengirim utusan ke Saunggalah. Kedua raja ini akhirnya berdamai dan tidak sampai mengakibatkan pertikaian diantara keduanya.

Galih Yoga Wahyu Kuncoro
130731615690
Referensi :
R. P. Soejono. 1984. Sejarah Nasional Indonesia Ц. Jakarta: PT Balai Pustaka
.2007. Sejarah Nasional Indonesia  Ц. Jakarta: PT Balai Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar