Pencarian

Kamis, 05 Februari 2015

Sejarah Israel



Sejarah Israel: Dampak Zionisme Terhadap Terbentuknya Negara Israel




MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Asia Barat Daya
Yang dibina oleh
Ulfatun Nafi’ah, M.Pd




Oleh
Galih Yoga Wahyu Kuncoro
130731615690







 
















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
JANUARI 2015


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Israel adalah sebuah negara yang berdiri tahun 14 Mei 1948. Ibu kotanya berada di Tel Aviv. “Dengan jumlah penduduk 7,5 juta saat ini Israel merupakan satu-satunya negara Yahudi di dunia” (Wikipedia).
            Between Taurus and Sinai, between the desert and sea, lie the four modern states of Syiria, Lebanon, Israel and Jordan, which the Romans called Syiria and Palestine, the Arabs called the lands of Sham, and European traders called the Levant (Lewis Bernard. 1964:14). Meskipun Israel baru berdiri tahun 1948, namun Israel lebih dulu dikenal dengan nama Sham oleh bangsa Arab dan oleh pedagang Eropa dikenal dengan Levant. Letaknya berada diantara bukit Sinai dan Taurus, dan berada diantara gurun dan laut.
            Pemikiran pendirian negara Yahudi (Israel) terjadi sejak 2.000 tahun sebelum masehi. Hal ini didasarkan bahwa bangsa Yahudi merupakan keturunan dari Ibrahim (Abraham) pada tahun 2000 SM, Ibrahim As berpindah dari Babilonia  lama  (sekarang  Irak)  ke  tanah  Kanaan (sekarang  Palestina). Di wilayah tersebut, Ibrahim As  hidup bersama generasi berikut-berikutnya. 
            The departures was organized, but not all the Israelites could bring themselves to leave Babylon. This is to natural a fact to call for any explanation. To leave meant abandon, or to sell at a low price, land, and business concerns, to give up situations, and to break ties of affection ... therefore remained in Mesopotamia, Jewish Colonies that extended all over Persian empire; they anticipated exactly those with which we are familiar in modern Europe and America. Some exploited land, other become bankers.” ( Daniels. 1957:229). Pada saat terjadi kekeringan pada masa Nabi Yusuf, tidak semua orang pergi meninggalkan Babylonia, masih ada beberapa orang yang tinggal di Mesopotamia. Kemudian pada perkembangannya orang-orang Yahudi ini pergi ke Eropa dan Amerika, kebanyakan dari mereka mengekploitasi tanah dan menjadi bankir.
            Munculnya paham Zionism melahirkan sebuah konsep dimana harus terbentuk sebuah negara sendiri dan bahasa sendiri untuk kaum Yahudi. Dan ini melahirkan negara Israel. Gerakan ini lahir di Eropa. Tepatnya dari Eropa Timur.
            Zionisme ini kemudian melahirkan sebuah gerakan migrasi dari Eropa menuju ke Palestina. Mereka yang pada awalnya bermukim kemudian membentuk sebuah negara yang berawal dari persamaan nasib bahwa bangsa Yahudi merupakan bangsa besar namun tidak memiliki tanah, menurut mereka Kanaan merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka.
            Zionisme kemudian melahirkan Deklarasi Balfour dimana Inggris kemudian ikut campur dalam proses terbentuknya negara Israel. Campur tangan Inggris terjadi karena bantuan Arab dan Yahudi terhadap Inggri dalam menggempur Turki Utsmani.
            Penulis tertarik membahas sejarah Israel karena negara ini terbentuk oleh sebuah gerakan yang lahir di Eropa. Sejarah lahirnya Israel juga merupakan sebuah gagasan yang lahir 2.000 tahun sebelum masehi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kondisi negara Israel secara umum?
2.      Bagaimana Zionisme menjadi dasar nasionalisme Israel?
3.      Bagaimana berdirinya negara Israel?
1.3  Tujuan
1.      Untuk menjelaskan kondisi negara Israel.
2.      Untuk menjelaskan bagaimana Zionisme menjadi dasar lahirnya nasionalisme di Israel.
3.      Untuk menjelaskan berdirinya negara Israel.


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi umum negara Israel
            Israel berdiri pada 14 Mei 1948. Negara ini merupakan satu-satunya negara Yahudi di dunia. “Yahudi adalah nama sebuah bangsa yang berasal dari bangsa Ur di Mesopotamia “(Yusliani. 2004: 320).
            Bangsa ini tidak memiliki tempat resmi sejak zaman Nabi Musa As. mereka terusir dari Mesir. Namun sejak itu mereka menetap di Yerussalem. Kemudian mereka berhasil mendirikan kerajaan-kerajaan yang besar.
            Yahudi merupakan bangsa yang besar, namun beberapa kali mereka kalah perang dan berhasil dikalahkan oleh lawan-lawannya. Mereka kemudian dijadikan budak. Banyak penduduku Yahudi yang kemudian migrasi atau menyelamatkan diri ke luar dari Yerussalem. Dan ada pula yang terusir dari Madinah.
            Kejadian ini yang kemudian membangkitkan semangat nasionalisme Israel (Yahudi) dimana mereka terusir dari tempat yang menurut mereka dijanjikan oleh Tuhan-Nya. Mereka kemudian mendoktrin anak cucu mereka bahwa mereka harus kembali ke tanah pemberian Tuhan.
            Kelahiran negara Israel tidak lepas dari peran Inggris. Yahudi dan Inggris bahu-membahu dalam perang dunia pertama. Oleh karena itu Inggris mendukung konsep rumah nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Akan tetapi Israel berhasil memanfaatkan hal tersebut untuk kemerdekaannya.
            Konflik Arab dan Israel terjadi karena terusirnya orang Yahudi dari Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW. mereka kemudian dendam dengan kaum Muslim. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik hingga sekarang karena sejarah keduanya sebagai bangsa yang besar.

2.2 Zionisme sebagai dasar lahirnya nasionalisme negara Israel
            Another brand of nationalism, strikingly different from Muslim nationalisms in some respects, surprisingly similar in others, is Jewish nationalism, one of the elements contributing to the growth of political Zionism” (Lewis Bernard. 1964:90). Menurut Bernard, Yahudi merupakan salah satu elemen dari pertumbuhan politik Zionism. Salah satu bentuk lain dari nasionalisme yang berbeda dengan Muslim meskipun di beberapa hal sama.
            Menurut Hinson (2004:8) Al Kitab, memuat laporan-laporan mengenai beberapa peristiwa, antara lain dua peristiwa penting bagi kehidupan Israel, yaitu:
1.      Keluaran dari Mesir, yaitu ketika orang-orang Israel keluar dari perbudakan di Mesir, dan
2.      Pembuangan di Babel, yaitu ketika mereka dikalahkan dan para pemimpinnya ditawan ke Babilonia.       
            Kemudian para pemuka Israel mencetuskan ide untuk kembali ke Israel dengan menanamkan doktrin untuk kembali lagi berkuasa di Israel.          
            Jews are inventine people. They have been credited, by their more ardent admirers and detractors, with inventing both capitalism and comunisme, both Cristianity and Islam; they did not, however, invent political Zionism, which is in part a Jewish response to the impact of central and east European nationalism, in part an attempt to provide an answer to Jewish needs” (Lewis Bernard. 1964:91). Yahudi mereka lahir dari pengagum dan pengkritik mereka baik dari kapitalis maupun komunis, baik Kristen dan Islam. Mereka menciptakan Zionisme sebagai respon dari dampak nasionalisme yang lahir di Eropa timur sebagai jawaban atas kebutuhan kaum Yahudi.
            Zionist dream and aims were focused on two things especially, on Hebrew and Palestine;that is, on a language which Jews did not speak, and a country in which they did not live” (Lewis Bernard. 1964:91). Impian dan tujuan kaum Zionis hanya berfokus kepada dua hal, yang pertama adalah bahasa Ibrani dan yang kedua adalah Palestina. Bahasa Ibrani setelah lahirnya negara Israel menjadi bahasa nasional karena pada dasarnya merupakan bahasa dimana orang Yahudi tidak bisa menggunakannya untuk berbicara sebelum lahirnya Israel. Dan kemudian Palestina merupakan tanah yang menurut orang Yahudi merupakan pemberian Tuhan kepada mereka yang tidak pernah ditinggali setelah mereka terusir dari Kanaan.
                        Setelah terusir mereka kemudian mereka bermigrasi ke Eropa ketika itu Israel dikuasai oleh Romawi Kuno dan banyak penduduknya dikirim ke Yunani. Mereka yang memiliki paham bahwa Kanaan merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan kemudian mengadakan Kongres Zionis yang pertama. “Berkat usaha Theodor Herzl (1860-1904) pada 1895 diadakan kongres Zionisme yang pertama di Baserl Switzerland” (Sihbudi dalam Yusliani. :324). Kongres ini bertujuan untuk menganalisa strategi mereka yang akan dilancarkan demi mencapai maksud mereka, yaitu menjadikan dunia sebagai budak Zionisme dan akan mendirikan pemerintahan Zionis internasional dengan ibu kotanya El-Quds (Yerussalem) (Noor Yusliani. 2004:324).
            Sebagian bangsa Yahudi yang masih menetap di Palestina kemudian diusir pada masa Nabi Muhammad SAW. Hal ini dikarenakan bangsa Yahudi melanggar sebuah perjanjian yang dikenal sebagai Piagam Madinah. “... bahwa Nabi Muhammad saw. Tetap mengakui eksistensi perbedaan agama” (Husaini. 2004: 70). Namun karena terjadi pengkhianatan maka sejumlah kabilah Yahudi diusir dari Madinah, hukuman paling keras diterima oleh Bani Quraidhah. Mereka dihukum mati untuk semua laki-laki dewasa.
            “Anti-semitism yang dikobarkan Jerman-Nazi yang kemudian menduduki hampir seluruh Eropa daratan ... di tengah kaum Jahudi tinggal menjadi musuh, menolak memberi perlindungan mungkin juga dapat menjelaskan fanatisme terhadap berdirinya negara Jahudi yang aman  yakni Israel biarpun asal usul idenya sudah hampir 2.000 tahun yang lalu atau sejak zaman Injil-Tua (Biblica)” (Onghokham dalam Hannah. 1995: ix). Ketika itu orang Israel dijadikan budak oleh orang Mesir dan Babilonia. Kemudian dengan adanya Holocaust oleh Jerman-Nazi, kemudian banyak kaum Yahudi bermigrasi ke Palestina dalam rangka untuk bertahan hidup dan pergi ke tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. 
            “Sentimen anti-Jahudi ini mungkin berasal dari agama, perbedaan agama dan tuduhan bahwa Jahudi membunuh Nabi Isa. Tuduhan terakhir ini mungkin muncul karena saingan ekonomi di Eropa sebelum revolusi Prancis dan revolusi indsutri atau sebelum munculnya kelas menengah di Eropa Barat” (Onghokham dalam Hannah.1995: ix-x).
            Tradisi anti-Jahudi ini seperti banyak sentimen anti-minoritas yang sukses dalam bidang ekonomi, mudah tercampur antara sentimen anti-agama, anti-ras, dan kecemburuan ekonomi-sosial. Mudahlah bagi yang berkebudayaan dan beragama non-Jahudi, kaum minoritas Jahudi ini dianggap setan yang menyebabkan ketertindasan  masyarakat Eropa pribumi. (Onghokham dalam Hannah. 1995: x)
            Pemerintah kolonial dengan demikian  berkuasa lewat titah, ..., pada saat yang sama menciptakan suatu atmosfer di mana dominasi rasial dikukuhkan dan dibenarkan secara historis, ..., ajaran yang demikian itu lantas menjadi sesuatu yang menghasut ketika itu, di Eropa , gagasan itu berbaur dengan dan sebagian memanaskan situasi Imperialisme antar golongan di wilayah itu sendiri, terutama Rusia dan Jerman (Beilharz. 2005: 35). Dampaknya, kaum Yahudi yang kalah saat pemberontakan di Rusia, dan kaum Yahudi yang melarikan diri dari Nazi Jerman kemudian pindah ke tanah Palestina. 
            Meskipun Yahudi menjadi korban oleh Nazi, tetap saja Yahudi berperan di Jerman itu sendiri. “Seperti banyak waqrga bangsa Yahudi yang merasa terasimilasi total pada kebudayaan Jerman- sampai mereka dikagetkan secara brutal oleh Adolf Hitler- dan yang memberikan sumbangan-sumbangan luar biasa bagi perkembangan kebudayaan maupun ilmu pengetahuan Jerman” (Franz-Magnis. 1995: ix).
            Throughout the periode of the dispersion Jews from other lands had from time to time to settled in Palestine. Their number however, had ben small, and their purpose mainly religious” (Ldewis Bernard. 1964:22). Pada awal mulanya terpecahnya orang Yahudi beberapa dari waktu ke waktu menetap di Palestina dengan tujuan awal pendalaman agama, dimana kita ketahui Yerussalem (Palestina, Israel sekarang) merupakan tempat suci bagi tiga agama (Yahudi, Kristen dan Islam).
            The new Immigrants-often called pioneers, settlers or colonies-were men whose faith was national rather than religious, and whose purpose in the Holy Land was not to pray and die but to work and live. The growth of militant anti-semitism in Europe gave new point and drive to Jewish nationalism” (Lewis Bernard.1964:22-23). Pendatang baru yang disebut sebagai pioner, penduduk maupun kolonial yang lebih percaya kepada nasionalisme daripada agama dan memiliki tujuan untuk bekerja bukan untuk agama muncul akibat tumbuhnya milisi anti-semitism di Eropa.
            In 1914 there were about 85.000 Jews in Palestine: in 1948 they had increased to more than a half million, and were able to establish the State of Israel- the  first Jewish state in Palestine (though not in other place) for 2.000 years. An incidental consequence was the virtual liquidation, by emigration, of the ancient Jewish Communities in  the Arab lands” (Lewis Bernard. 1964:23). Perkembangan jumlah Yahudi di Palestina memungkinkan berdirinya negara Yahudi yang pertama sejak 2.000 tahun lalu. Jumlah ini terdiri dari orang Yahudi yang asli menetap di Palestina dan para pendatang dari komunitas Yahudi kuno yang pindah pada zaman Nabi Ibrahim maupun setelahnya. 

2.3 Berdirinya negara Israel
            Masalah Palestina adalah masalah antara bangsa Arab dan bangsa Yahudi. Yang mana pada 1905 imigrasi Yahudi ke Palestina mulai besar-besaran, diakrenakan orang-orang Yahudi di Rusia ikut serta dalam revolusi Rusia pada 1905 (mengalami kegagalan) dan kemudian mereka masuk ke wilayah Palestina (Yusliani. 2004:327).
            Pecahnya perang dunia pertama membuat Inggris harus meminta bantuan kepada Arab dan Yahudi, yang mana kedua negara ini bangsa ini saling bertengkar satu sama lain. “... dimana baik pihak Arab maupun Yahudi sangat berjasa terhadap Inggris dalam Perang Dunia I. Dari pihak Yahudi menyanggupi bantuan Inggris jika mau melaksanakan tuntutan Zionisme sesudah perang selesai, sedangkan bangsa Arab mau membantu untuk meruntuhkan Kerajaan Turki dan memberi kemerdekaan bagi Arabia (termasuk Palestina) dan akhirnya Inggris menyanggupi baik kepada Yahudi maupun kepada Arab” (Yusliani. :327). Dalam perang dunia pertama, Inggris dan sekutunya bertempur melawan Jerman, Turki Utsmani, dan sekutunya. Kemudia Inggris menang atas Turki Utsmani dengan bantuan Arab dan Yahudi. Oleh karena itu kemudian Inggris dengan surat yang kemudian dikenal Deklarasi Balfour.

Foreign Office
November 2nd, 1917
Dear Lord Rothschild,
I have much pleasure in conveying to you, on behalf of His Majesty's
Government, the following declaration of sympathy with Jewish Zionist aspirations which has been submitted to, and approved by, the Cabinet.
"His Majesty's Government view with favour the establishment in Palestine of a
national  home  for  the  Jewish  people,  and  will  use  their  best  endeavours  to
facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing
shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing nonJewish  communities  in  Palestine,  or  the  rights  and  political  status  enjoyed  by
Jews in any other country."
I should be grateful if you would bring this declaration to the knowledge of the
Zionist Federation.
Yours sincerelys,
Arthur James Balfour

            Surat dari James Balfour kepada Lord  (Lionel) Rothschild, kepala Kehormatan Federasi Zionis di Inggris dan Irlandia untuk bangsa Yahudi. Dimana Inggris mendukung pendirian negara Israel secara resmi pada tanggal 2 November 1917.  Keputusan Inggris mendukung pendirian negara Israel secara resmi dikarenakan bangsa Yahudi memiliki hubungan dengan Inggris pada saat perang dunia pertama terjadi.
            Isi dari surat tersebut adalah pemerintah Inggris akan membantu mendirikan wilayah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina dan akan mengerahkan upaya terbaik dalam memfasilitasi tujuan ini. Inggris juga tidak akan mengerahkan sesuatu yang mungkin merugikan hak sipil dan keagamaan bagi komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina. Dan Inggris tidak akan mengganggu hak-hak orang Yahudi yang ingin tetap tinggal di luar wilayah Palestina.
            “Maka selama periode administrasi militer tahun 1918 hingga 1920, tampaknya Inggris cenderung untuk menyingkirkan deklarasi Balfour... yang tampak sebenarnya terjadi adalah kecenderungan orang Inggris untuk memihak kaum tertindas, walaupun kadang ini dilakukan dengan cara yang buruk” (Amstrong Karen : 167). Alasannya adalah bahwa situasi di Palestina adalah amat asing bagi kebanyakan pejabat Inggris disana: mereka terbiasa membela hak-hak orang Inggris melawan sebuah mayoritas pendudukan kolonial, dan itu terasa “benar”. Namun di Palestina mereka diminta untuk mendesak keinginan para Yahudi Rusia dan banyak yang merasa sulit dalam memahami hal ini.
            Maka pada tahun 1918 Inggris membatasi imigrasi Yahudi dan menahan peralihan kepemilikan wilayah Palestina kepada orang-orang Yahudi, atas dasar bahwa penyerahan itu akan melanggar status Quo (Amstrong: :167). Inggris juga melarang dinyanyikannya lagu “Hatikvah” lagu kebangsaan Yahudi dan menolak penggunaan bahasa Ibrani sebagai bahasa nasional.
            Munculnya permasalahan rasial di Palestina pada 1920 membuat Inggris bersimpati kembali terhadap Yahudi. Hal ini terjadi karena bangsa Arab menyerang Yahudi. Inggris memang mendukung rumah nasional bangsa Yahudi, namun mereka menentang pendirian Negara Israel. Akan tetapi pada 1928 terjadi masalah rasial lagi terkait dengan Tembok Ratapan. Dimana orang Muslim meyakini bahwa tembok ini merupakan tempat dimana Nabi Muhammad SAW menambatkan kudanya ketika Isra dan Mikraj. 
            “Dengan keluarnya Deklarasi Balfour ini menyebabkan Inggris mengalami banyak kesulitan dan menjadi kebingungan untuk mengatasinya hingga akhirnya menyerahkan mandatnya kepada Palaestina kepada PBB. Pada 1948 Inggris meninggalkan Palestina, maka bangsa Yahudi memproklamasikan berdirinya “Republik Israel” pada 15 Mei 1948 dan sebagai presidennya yang pertama adalah Dr. Chaim Weizmann (Pimpinan Gerakan Zionis) dan negara baru ini mendapatkan pengakuan dari USA, Rusia dan beberapa negara lainnya” (Yusliani. 2004:322).



BAB 3
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
1.         Israel adalah satu-satunya negara Yahudi di dunia. Kehadirannya ditentang oleh Bangsa Arab. Awal kemerdekaannya pun diwarnai dengan perang selama 6 hari yang dikenal dengan perang Youm Kippur. Letaknya strategis, awal mula bangsa ini muncul 2000 tahun sebelum masehi. Dimana kemudian mereka melakukan migrasi dan kembali lagi ke Palestina.
2.         Zionisme adalah gerakan yang memunculkan ide kembalinya bangsa Yahudi ke tempat yang Tuhan sudah janjikan bagi mereka (Palestina). Gerakan ini mendasari terjadinya migrasi ke Palestina secara besar-besaran sejak tahun 1914. Hal ini juga didasari oleh adanya gerakan Holocaust yang terjadi di Eropa, munculnya gerakan anti-Semitism juga berpengaruh terhadap migrasi orang Yahudi dari Eropa ke Palestina. Pencetusnya dari orang Eropa adalah Theodor Herzl yang berhasil mengadakan Kongres Zionis pertama di Bassel, Swiss.
3.         Deklarasi Balfour adalah faktor penting dalam kelahiran Israel. Bangsa Zionis mendapatkan dukungan dari negara Inggris atas jasanya dalam memberi bantuan dalam perang dunia pertama melawan Turki Utsmani.  Inggris kemudian mendapat mandat untuk menjaga wilayah Palestina. Lahirnya negara Israel adalah sehari sebelum berakhirnya mandat Inggris di  wilayah Palestina (14 Mei 1948). Israel berhasil mengukuhkan kedudukannya setelah diakui oleh negara-negara lain. Meskipun banyak negara Arab menentang lahirnya negara ini, negara ini mampu mengatasi serangan gabungan bangsa Arab. Hal ini menyebabkan jatuhnya wilayah Palestina ke dalam wilayah Israel.
3.2              Saran
            Meskipun secara Historis bangsa Arab, Yahudi dan Kristen  saling bertengkar dan berebut Yerussalem. Perlu kita lihat bahwa peperangan apapun akan membawa korban. Oleh karena itu hendaknya kita saling menghargai kerukunan antar bangsa. Tidak saling menyerang ketika terjadi sebuah konflik. 
Dan perlu dipahami keterkaitan antar peristiwa yang terjadi kini dengan peristiwa di masa lalu sebagai dasar pemikiran untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.


DAFTAR RUJUKAN

Amstrong Karen. 2003. Perang suci : dari perang Salib hingga perang Teluk. Jakarta: Serambi.
Ardent Hannah, Onghokham. 1995. Asal-Usul Totalitarisme (Imperialisme II). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia (IKAPI).
Ardent Hannah, Franz-Magnis Suseno SJ. 1995. Asal-Usul Totalitarisme (Imperialisme III). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia (IKAPI).
Beilharz Peter. 2005. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta:  Pustaka Pelajar.
Bernard Lewis. 1964. The Middle East and the West. USA: Indiana University.
Daniels Rops. 1957. Israel and the Ancient World (A history of the Israelites from Abraham to the birth of Christ). London: EYRE & SPOTTISWOODE
Hinson David F, Mawene M. Th. 2004. Sejarah Israel pada zaman Alkitab. Jakarta: Gunung Mulia.
Husaini Adian. 2004. Tinjauan Historis KONFLIK YAHUDI, KRISTEN, ISLAM. Jakarta: GEMA INSANI
Noor Yusliani. 2014. Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Yogyakarta: Ombak.