Sejarah
Israel: Dampak Zionisme Terhadap Terbentuknya Negara Israel
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Asia Barat Daya
Yang dibina oleh
Ulfatun Nafi’ah, M.Pd
Oleh
Galih Yoga Wahyu Kuncoro
130731615690
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PROGRAM
STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
JANUARI
2015
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Israel adalah sebuah
negara yang berdiri tahun 14 Mei 1948. Ibu kotanya berada di Tel Aviv. “Dengan
jumlah penduduk 7,5 juta saat ini Israel merupakan satu-satunya negara Yahudi
di dunia” (Wikipedia).
Between Taurus and Sinai,
between the desert and sea, lie the four modern states of Syiria, Lebanon,
Israel and Jordan, which the Romans called Syiria and Palestine, the Arabs
called the lands of Sham, and European traders called the Levant (Lewis
Bernard. 1964:14). Meskipun Israel baru berdiri tahun 1948, namun Israel lebih
dulu dikenal dengan nama Sham oleh bangsa Arab dan oleh pedagang Eropa dikenal
dengan Levant. Letaknya berada diantara bukit Sinai dan Taurus, dan berada
diantara gurun dan laut.
Pemikiran pendirian negara
Yahudi (Israel) terjadi sejak 2.000 tahun sebelum masehi. Hal ini didasarkan
bahwa bangsa Yahudi merupakan keturunan dari Ibrahim (Abraham) pada tahun 2000
SM, Ibrahim As berpindah dari Babilonia
lama (sekarang Irak)
ke tanah Kanaan (sekarang Palestina). Di wilayah tersebut, Ibrahim As hidup bersama generasi
berikut-berikutnya.
“The departures was
organized, but not all the Israelites could bring themselves to leave Babylon.
This is to natural a fact to call for any explanation. To leave meant abandon,
or to sell at a low price, land, and business concerns, to give up situations,
and to break ties of affection ... therefore remained in Mesopotamia, Jewish
Colonies that extended all over Persian empire; they anticipated exactly those
with which we are familiar in modern Europe and America. Some exploited land,
other become bankers.” ( Daniels. 1957:229). Pada saat terjadi kekeringan
pada masa Nabi Yusuf, tidak semua orang pergi meninggalkan Babylonia, masih ada
beberapa orang yang tinggal di Mesopotamia. Kemudian pada perkembangannya
orang-orang Yahudi ini pergi ke Eropa dan Amerika, kebanyakan dari mereka
mengekploitasi tanah dan menjadi bankir.
Munculnya paham Zionism melahirkan
sebuah konsep dimana harus terbentuk sebuah negara sendiri dan bahasa sendiri
untuk kaum Yahudi. Dan ini melahirkan negara Israel. Gerakan ini lahir di
Eropa. Tepatnya dari Eropa Timur.
Zionisme ini kemudian melahirkan sebuah
gerakan migrasi dari Eropa menuju ke Palestina. Mereka yang pada awalnya
bermukim kemudian membentuk sebuah negara yang berawal dari persamaan nasib
bahwa bangsa Yahudi merupakan bangsa besar namun tidak memiliki tanah, menurut mereka
Kanaan merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka.
Zionisme kemudian
melahirkan Deklarasi Balfour dimana Inggris kemudian ikut campur dalam proses
terbentuknya negara Israel. Campur tangan Inggris terjadi karena bantuan Arab
dan Yahudi terhadap Inggri dalam menggempur Turki Utsmani.
Penulis tertarik membahas
sejarah Israel karena negara ini terbentuk oleh sebuah gerakan yang lahir di
Eropa. Sejarah lahirnya Israel juga merupakan sebuah gagasan yang lahir 2.000
tahun sebelum masehi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana kondisi negara Israel secara umum?
2.
Bagaimana Zionisme menjadi dasar nasionalisme Israel?
3.
Bagaimana berdirinya negara Israel?
1.3 Tujuan
1.
Untuk menjelaskan kondisi negara Israel.
2.
Untuk menjelaskan bagaimana Zionisme menjadi dasar
lahirnya nasionalisme di Israel.
3.
Untuk menjelaskan berdirinya negara Israel.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi umum negara Israel
Israel berdiri pada 14 Mei
1948. Negara ini merupakan satu-satunya negara Yahudi di dunia. “Yahudi adalah
nama sebuah bangsa yang berasal dari bangsa Ur di Mesopotamia “(Yusliani. 2004:
320).
Bangsa ini tidak memiliki
tempat resmi sejak zaman Nabi Musa As. mereka terusir dari Mesir. Namun sejak
itu mereka menetap di Yerussalem. Kemudian mereka berhasil mendirikan
kerajaan-kerajaan yang besar.
Yahudi merupakan bangsa
yang besar, namun beberapa kali mereka kalah perang dan berhasil dikalahkan
oleh lawan-lawannya. Mereka kemudian dijadikan budak. Banyak penduduku Yahudi
yang kemudian migrasi atau menyelamatkan diri ke luar dari Yerussalem. Dan ada
pula yang terusir dari Madinah.
Kejadian ini yang kemudian
membangkitkan semangat nasionalisme Israel (Yahudi) dimana mereka terusir dari
tempat yang menurut mereka dijanjikan oleh Tuhan-Nya. Mereka kemudian
mendoktrin anak cucu mereka bahwa mereka harus kembali ke tanah pemberian
Tuhan.
Kelahiran negara Israel
tidak lepas dari peran Inggris. Yahudi dan Inggris bahu-membahu dalam perang
dunia pertama. Oleh karena itu Inggris mendukung konsep rumah nasional bagi
bangsa Yahudi di Palestina. Akan tetapi Israel berhasil memanfaatkan hal tersebut
untuk kemerdekaannya.
Konflik Arab dan Israel
terjadi karena terusirnya orang Yahudi dari Madinah pada masa Nabi Muhammad
SAW. mereka kemudian dendam dengan kaum Muslim. Hal ini menyebabkan terjadinya
konflik hingga sekarang karena sejarah keduanya sebagai bangsa yang besar.
2.2 Zionisme sebagai dasar
lahirnya nasionalisme negara Israel
“Another
brand of nationalism, strikingly different from Muslim nationalisms in some
respects, surprisingly similar in others, is Jewish nationalism, one of the
elements contributing to the growth of political Zionism” (Lewis Bernard. 1964:90). Menurut Bernard, Yahudi
merupakan salah satu elemen dari pertumbuhan politik Zionism. Salah satu bentuk
lain dari nasionalisme yang berbeda dengan Muslim meskipun di beberapa hal
sama.
Menurut Hinson (2004:8) Al Kitab,
memuat laporan-laporan mengenai beberapa peristiwa, antara lain dua peristiwa
penting bagi kehidupan Israel, yaitu:
1.
Keluaran
dari Mesir, yaitu ketika orang-orang Israel keluar dari perbudakan di Mesir,
dan
2.
Pembuangan
di Babel, yaitu ketika mereka dikalahkan dan para pemimpinnya ditawan ke
Babilonia.
Kemudian
para pemuka Israel mencetuskan ide untuk kembali ke Israel dengan menanamkan doktrin
untuk kembali lagi berkuasa di Israel.
“Jews are inventine people. They have been credited, by their more
ardent admirers and detractors, with inventing both capitalism and comunisme,
both Cristianity and Islam; they did not, however, invent political Zionism,
which is in part a Jewish response to the impact of central and east European
nationalism, in part an attempt to provide an answer to Jewish needs”
(Lewis Bernard. 1964:91). Yahudi mereka lahir dari pengagum dan pengkritik
mereka baik dari kapitalis maupun komunis, baik Kristen dan Islam. Mereka
menciptakan Zionisme sebagai respon dari dampak nasionalisme yang lahir di
Eropa timur sebagai jawaban atas kebutuhan kaum Yahudi.
“Zionist dream and aims were focused on two things especially, on Hebrew
and Palestine;that is, on a language which Jews did not speak, and a country in
which they did not live” (Lewis Bernard. 1964:91). Impian dan tujuan kaum
Zionis hanya berfokus kepada dua hal, yang pertama adalah bahasa Ibrani dan
yang kedua adalah Palestina. Bahasa Ibrani setelah lahirnya negara Israel
menjadi bahasa nasional karena pada dasarnya merupakan bahasa dimana orang
Yahudi tidak bisa menggunakannya untuk berbicara sebelum lahirnya Israel. Dan
kemudian Palestina merupakan tanah yang menurut orang Yahudi merupakan
pemberian Tuhan kepada mereka yang tidak pernah ditinggali setelah mereka
terusir dari Kanaan.
Setelah terusir mereka kemudian mereka bermigrasi ke
Eropa ketika itu Israel dikuasai oleh Romawi Kuno dan banyak penduduknya
dikirim ke Yunani. Mereka yang memiliki paham bahwa Kanaan merupakan tanah yang
dijanjikan Tuhan kemudian mengadakan Kongres Zionis yang pertama. “Berkat usaha
Theodor Herzl (1860-1904) pada 1895 diadakan kongres Zionisme yang pertama di
Baserl Switzerland” (Sihbudi dalam Yusliani. :324). Kongres ini bertujuan untuk
menganalisa strategi mereka yang akan dilancarkan demi mencapai maksud mereka,
yaitu menjadikan dunia sebagai budak Zionisme dan akan mendirikan pemerintahan
Zionis internasional dengan ibu kotanya El-Quds (Yerussalem) (Noor Yusliani.
2004:324).
Sebagian bangsa Yahudi
yang masih menetap di Palestina kemudian diusir pada masa Nabi Muhammad SAW.
Hal ini dikarenakan bangsa Yahudi melanggar sebuah perjanjian yang dikenal
sebagai Piagam Madinah. “... bahwa Nabi Muhammad saw. Tetap mengakui eksistensi
perbedaan agama” (Husaini. 2004: 70). Namun karena terjadi pengkhianatan maka
sejumlah kabilah Yahudi diusir dari Madinah, hukuman paling keras diterima oleh
Bani Quraidhah. Mereka dihukum mati untuk semua laki-laki dewasa.
“Anti-semitism yang
dikobarkan Jerman-Nazi yang kemudian menduduki hampir seluruh Eropa daratan ...
di tengah kaum Jahudi tinggal menjadi musuh, menolak memberi perlindungan
mungkin juga dapat menjelaskan fanatisme terhadap berdirinya negara Jahudi yang
aman yakni Israel biarpun asal usul
idenya sudah hampir 2.000 tahun yang lalu atau sejak zaman Injil-Tua (Biblica)”
(Onghokham dalam Hannah. 1995: ix). Ketika itu orang Israel dijadikan budak
oleh orang Mesir dan Babilonia. Kemudian dengan adanya Holocaust oleh Jerman-Nazi, kemudian banyak kaum Yahudi bermigrasi
ke Palestina dalam rangka untuk bertahan hidup dan pergi ke tanah yang
dijanjikan oleh Tuhan.
“Sentimen anti-Jahudi ini
mungkin berasal dari agama, perbedaan agama dan tuduhan bahwa Jahudi membunuh
Nabi Isa. Tuduhan terakhir ini mungkin muncul karena saingan ekonomi di Eropa
sebelum revolusi Prancis dan revolusi indsutri atau sebelum munculnya kelas
menengah di Eropa Barat” (Onghokham dalam Hannah.1995: ix-x).
Tradisi anti-Jahudi ini
seperti banyak sentimen anti-minoritas yang sukses dalam bidang ekonomi, mudah
tercampur antara sentimen anti-agama, anti-ras, dan kecemburuan ekonomi-sosial.
Mudahlah bagi yang berkebudayaan dan beragama non-Jahudi, kaum minoritas Jahudi
ini dianggap setan yang menyebabkan ketertindasan masyarakat Eropa pribumi. (Onghokham dalam
Hannah. 1995: x)
Pemerintah kolonial dengan
demikian berkuasa lewat titah, ..., pada
saat yang sama menciptakan suatu atmosfer di mana dominasi rasial dikukuhkan
dan dibenarkan secara historis, ..., ajaran yang demikian itu lantas menjadi
sesuatu yang menghasut ketika itu, di Eropa , gagasan itu berbaur dengan dan
sebagian memanaskan situasi Imperialisme antar golongan di wilayah itu sendiri,
terutama Rusia dan Jerman (Beilharz. 2005: 35). Dampaknya, kaum Yahudi yang
kalah saat pemberontakan di Rusia, dan kaum Yahudi yang melarikan diri dari
Nazi Jerman kemudian pindah ke tanah Palestina.
Meskipun Yahudi menjadi
korban oleh Nazi, tetap saja Yahudi berperan di Jerman itu sendiri. “Seperti
banyak waqrga bangsa Yahudi yang merasa terasimilasi total pada kebudayaan
Jerman- sampai mereka dikagetkan secara brutal oleh Adolf Hitler- dan yang memberikan
sumbangan-sumbangan luar biasa bagi perkembangan kebudayaan maupun ilmu
pengetahuan Jerman” (Franz-Magnis. 1995: ix).
“Throughout the periode of the dispersion Jews from other lands had from
time to time to settled in Palestine. Their number however, had ben small, and
their purpose mainly religious” (Ldewis Bernard. 1964:22). Pada awal
mulanya terpecahnya orang Yahudi beberapa dari waktu ke waktu menetap di
Palestina dengan tujuan awal pendalaman agama, dimana kita ketahui Yerussalem
(Palestina, Israel sekarang) merupakan tempat suci bagi tiga agama (Yahudi,
Kristen dan Islam).
“The new Immigrants-often called pioneers, settlers or colonies-were men
whose faith was national rather than religious, and whose purpose in the Holy
Land was not to pray and die but to work and live. The growth of militant
anti-semitism in Europe gave new point and drive to Jewish nationalism” (Lewis
Bernard.1964:22-23). Pendatang baru yang disebut sebagai pioner, penduduk
maupun kolonial yang lebih percaya kepada nasionalisme daripada agama dan
memiliki tujuan untuk bekerja bukan untuk agama muncul akibat tumbuhnya milisi
anti-semitism di Eropa.
“In 1914 there were about 85.000 Jews in Palestine: in 1948 they had
increased to more than a half million, and were able to establish the State of
Israel- the first Jewish state in
Palestine (though not in other place) for 2.000 years. An incidental
consequence was the virtual liquidation, by emigration, of the ancient Jewish
Communities in the Arab lands”
(Lewis Bernard. 1964:23). Perkembangan jumlah Yahudi di Palestina memungkinkan
berdirinya negara Yahudi yang pertama sejak 2.000 tahun lalu. Jumlah ini
terdiri dari orang Yahudi yang asli menetap di Palestina dan para pendatang
dari komunitas Yahudi kuno yang pindah pada zaman Nabi Ibrahim maupun
setelahnya.
2.3 Berdirinya negara Israel
“Masalah Palestina adalah masalah antara bangsa Arab dan
bangsa Yahudi. Yang mana pada 1905 imigrasi Yahudi ke Palestina mulai
besar-besaran, diakrenakan orang-orang Yahudi di Rusia ikut serta dalam
revolusi Rusia pada 1905 (mengalami kegagalan) dan kemudian mereka masuk ke
wilayah Palestina (Yusliani. 2004:327).
Pecahnya perang dunia
pertama membuat Inggris harus meminta bantuan kepada Arab dan Yahudi, yang mana
kedua negara ini bangsa ini saling bertengkar satu sama lain. “... dimana baik
pihak Arab maupun Yahudi sangat berjasa terhadap Inggris dalam Perang Dunia I.
Dari pihak Yahudi menyanggupi bantuan Inggris jika mau melaksanakan tuntutan
Zionisme sesudah perang selesai, sedangkan bangsa Arab mau membantu untuk
meruntuhkan Kerajaan Turki dan memberi kemerdekaan bagi Arabia (termasuk
Palestina) dan akhirnya Inggris menyanggupi baik kepada Yahudi maupun kepada
Arab” (Yusliani. :327). Dalam perang dunia pertama, Inggris dan sekutunya
bertempur melawan Jerman, Turki Utsmani, dan sekutunya. Kemudia Inggris menang
atas Turki Utsmani dengan bantuan Arab dan Yahudi. Oleh karena itu kemudian
Inggris dengan surat yang kemudian dikenal Deklarasi Balfour.
Foreign Office
November 2nd, 1917
Dear Lord Rothschild,
I have much pleasure in conveying to you, on behalf of His Majesty's
Government, the following declaration of sympathy with Jewish Zionist aspirations
which has been submitted to, and approved by, the Cabinet.
"His Majesty's Government view with favour the establishment in
Palestine of a
national home for
the Jewish people,
and will use
their best endeavours
to
facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that
nothing
shall be done which may prejudice the civil and religious rights of
existing nonJewish communities in
Palestine, or the
rights and political
status enjoyed by
Jews in any other country."
I should be grateful if you would bring this declaration to the knowledge
of the
Zionist Federation.
Yours sincerelys,
Arthur James Balfour
Surat dari James Balfour
kepada Lord (Lionel) Rothschild, kepala
Kehormatan Federasi Zionis di Inggris dan Irlandia untuk bangsa Yahudi. Dimana
Inggris mendukung pendirian negara Israel secara resmi pada tanggal 2 November
1917. Keputusan Inggris mendukung
pendirian negara Israel secara resmi dikarenakan bangsa Yahudi memiliki
hubungan dengan Inggris pada saat perang dunia pertama terjadi.
Isi dari surat tersebut
adalah pemerintah Inggris akan membantu mendirikan wilayah nasional bagi
orang-orang Yahudi di Palestina dan akan mengerahkan upaya terbaik dalam
memfasilitasi tujuan ini. Inggris juga tidak akan mengerahkan sesuatu yang
mungkin merugikan hak sipil dan keagamaan bagi komunitas non-Yahudi yang ada di
Palestina. Dan Inggris tidak akan mengganggu hak-hak orang Yahudi yang ingin
tetap tinggal di luar wilayah Palestina.
“Maka selama periode
administrasi militer tahun 1918 hingga 1920, tampaknya Inggris cenderung untuk
menyingkirkan deklarasi Balfour... yang tampak sebenarnya terjadi adalah
kecenderungan orang Inggris untuk memihak kaum tertindas, walaupun kadang ini
dilakukan dengan cara yang buruk” (Amstrong Karen : 167). Alasannya adalah
bahwa situasi di Palestina adalah amat asing bagi kebanyakan pejabat Inggris
disana: mereka terbiasa membela hak-hak orang Inggris melawan sebuah mayoritas
pendudukan kolonial, dan itu terasa “benar”. Namun di Palestina mereka diminta untuk
mendesak keinginan para Yahudi Rusia dan banyak yang merasa sulit dalam
memahami hal ini.
Maka pada tahun 1918
Inggris membatasi imigrasi Yahudi dan menahan peralihan kepemilikan wilayah
Palestina kepada orang-orang Yahudi, atas dasar bahwa penyerahan itu akan
melanggar status Quo (Amstrong: :167).
Inggris juga melarang dinyanyikannya lagu “Hatikvah” lagu kebangsaan Yahudi dan
menolak penggunaan bahasa Ibrani sebagai bahasa nasional.
Munculnya permasalahan
rasial di Palestina pada 1920 membuat Inggris bersimpati kembali terhadap
Yahudi. Hal ini terjadi karena bangsa Arab menyerang Yahudi. Inggris memang
mendukung rumah nasional bangsa Yahudi, namun mereka menentang pendirian Negara
Israel. Akan tetapi pada 1928 terjadi masalah rasial lagi terkait dengan Tembok
Ratapan. Dimana orang Muslim meyakini bahwa tembok ini merupakan tempat dimana
Nabi Muhammad SAW menambatkan kudanya ketika Isra dan Mikraj.
“Dengan keluarnya
Deklarasi Balfour ini menyebabkan Inggris mengalami banyak kesulitan dan
menjadi kebingungan untuk mengatasinya hingga akhirnya menyerahkan mandatnya
kepada Palaestina kepada PBB. Pada 1948 Inggris meninggalkan Palestina, maka
bangsa Yahudi memproklamasikan berdirinya “Republik Israel” pada 15 Mei 1948
dan sebagai presidennya yang pertama adalah Dr. Chaim Weizmann (Pimpinan
Gerakan Zionis) dan negara baru ini mendapatkan pengakuan dari USA, Rusia dan
beberapa negara lainnya” (Yusliani. 2004:322).
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Israel adalah satu-satunya negara Yahudi di dunia.
Kehadirannya ditentang oleh Bangsa Arab. Awal kemerdekaannya pun diwarnai
dengan perang selama 6 hari yang dikenal dengan perang Youm Kippur. Letaknya
strategis, awal mula bangsa ini muncul 2000 tahun sebelum masehi. Dimana
kemudian mereka melakukan migrasi dan kembali lagi ke Palestina.
2.
Zionisme adalah gerakan yang memunculkan ide kembalinya
bangsa Yahudi ke tempat yang Tuhan sudah janjikan bagi mereka (Palestina).
Gerakan ini mendasari terjadinya migrasi ke Palestina secara besar-besaran
sejak tahun 1914. Hal ini juga didasari oleh adanya gerakan Holocaust yang
terjadi di Eropa, munculnya gerakan anti-Semitism juga berpengaruh terhadap
migrasi orang Yahudi dari Eropa ke Palestina. Pencetusnya dari orang Eropa
adalah Theodor Herzl yang berhasil mengadakan Kongres Zionis pertama di Bassel,
Swiss.
3.
Deklarasi Balfour adalah faktor penting dalam kelahiran
Israel. Bangsa Zionis mendapatkan dukungan dari negara Inggris atas jasanya
dalam memberi bantuan dalam perang dunia pertama melawan Turki Utsmani. Inggris kemudian mendapat mandat untuk
menjaga wilayah Palestina. Lahirnya negara Israel adalah sehari sebelum
berakhirnya mandat Inggris di wilayah
Palestina (14 Mei 1948). Israel berhasil mengukuhkan kedudukannya setelah
diakui oleh negara-negara lain. Meskipun banyak negara Arab menentang lahirnya
negara ini, negara ini mampu mengatasi serangan gabungan bangsa Arab. Hal ini
menyebabkan jatuhnya wilayah Palestina ke dalam wilayah Israel.
3.2
Saran
Meskipun secara Historis bangsa Arab, Yahudi dan
Kristen saling bertengkar dan berebut
Yerussalem. Perlu kita lihat bahwa peperangan apapun akan membawa korban. Oleh
karena itu hendaknya kita saling menghargai kerukunan antar bangsa. Tidak
saling menyerang ketika terjadi sebuah konflik.
Dan perlu dipahami keterkaitan antar peristiwa yang terjadi kini dengan
peristiwa di masa lalu sebagai dasar pemikiran untuk kehidupan yang lebih baik
di masa depan.
DAFTAR
RUJUKAN
Amstrong Karen.
2003. Perang suci : dari perang Salib hingga
perang Teluk. Jakarta: Serambi.
Ardent Hannah,
Onghokham. 1995. Asal-Usul Totalitarisme (Imperialisme II). Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia (IKAPI).
Ardent Hannah,
Franz-Magnis Suseno SJ. 1995. Asal-Usul Totalitarisme (Imperialisme III).
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia (IKAPI).
Beilharz Peter.
2005. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bernard Lewis.
1964. The Middle East and the West.
USA: Indiana University.
Daniels Rops. 1957.
Israel and the Ancient World (A history
of the Israelites from Abraham to the birth of Christ). London: EYRE &
SPOTTISWOODE
Hinson David F,
Mawene M. Th. 2004. Sejarah Israel pada
zaman Alkitab. Jakarta: Gunung Mulia.
Husaini Adian.
2004. Tinjauan Historis KONFLIK YAHUDI,
KRISTEN, ISLAM. Jakarta: GEMA INSANI
Noor Yusliani.
2014. Sejarah Timur Tengah (Asia Barat
Daya). Yogyakarta: Ombak.